RONGGENG DUKUH PARUK Catatan Buat Emak (Karangan Ahmad Tohari)

Sudah sebelas tahun Dukuh Paruk tidak memiliki ronggeng. Padahal tanpa ronggeng dukuh itu serasa lesu. Malapetaka keracunan tempe bongkrek sebelas tahun yang lalu menjadi penyebab mendegnya pertunjukkan ronggeng di Dukuh Paruk. Dalam suasana seperti itu, Srintil gadis sebelas tahun tampil sebagai ronggeng baru. Indang ronggeng telah merasuki tubuh Srintil dan membuat Srintil menjadi seorang ronggeng sejati. Untuk mengesahkan hal itu, seorang ronggeng harus melalui sayembara bukak kelambu. Dalam sayembara bukak kelambu, lelaki yang membayar paling mahallah yang berhak mendapatkan keperawanan Srintil.

Akhirnya sayembara bukak kelambupun dilaksanakan. Setelah melalui tawar-menawar yang cukup lama, Dowerlah yang memenangkan sayembara tersebut. Namun karena kelicikkan Srintil, Rasus teman sepermainan dan orang yang benar-benar Srintil cintailah yang melakukan malam bukak kelambu dengan Srintil. Walaupun ia telah mendapatkan keperawanaan Srintil, Rasus tetap kecewa dan merasakan kehilangan dengan dinobatkannya Srintil sebagai ronggeng. Karena apabila Srintil menjadi seorang ronggeng, maka Rasus tidak akan bisa lagi bermain leluasa dengan Srintil seperti dulu. Rasus pun sekaligus kehilangan sosok emaknya yang ada dalam diri Srintil. Bagi Rasus, menjadi ronggeng berarti harus bersedia melayani semua orang yang menginginkannya.

Meskipun baru berusia sebelas tahun, mimik penagih birahi yang selalu ditampilkan oleh seorang ronggeng yang sebenarnya, juga sangat baik dibawakan oleh Srintil. Srintil melakukan semuanya dengan kesadaran penuh serta kebanggaan seorang perempuan menaklukkan banyak lelaki hanya dengan sampur dan kerlingan nakalnya. Tak ada yang tabu bagi seorang ronggeng secantik dirinya melakoni semua itu. Orang-orang di dukuh Paruk bangga memilikinya, ronggeng cantik dan terkenal. Tak ada kecemburuan para istri, justru kebanggan bila suami mereka bisa tidur bersama Srintil. Tampilnya Srintil pun mengidupkan kembali dukuh itu.

Setelah kejadian itu Rasus pergi menghilang meninggalkan Dukuh Paruk. Sekian lama ia membantu berjualan singkong di pasar kecamatan dan bertemulah ia dengan sersan Slamet. Setelah lama bergaul dengan sersan Slamet, Rasus pun dipilih untuk menjadi pembantu tentara. Hari-harinya pun diwarnai dengan pergaulan bersama tentara-tentara. Bersama tentara-tentara tersebut Rasus membela rakyat dari ketertindasan dan menjaga keamanan rakyat.

Walaupun Rasus kecewa dengan Srintil dan tanah kelahirannya, ia tetap merasa terpanggil untuk melindungi tanah leluhur dan warganya. Maka pada saat perampokan di rumah Nyai Kertareja yang merupakan nenek Srintil, Rasus ikut mengambil peran dalam penumpasan para perampok dan berhasil menyelamatkan Srintil. Setelah kejadian tersebut Rasus tinggal beberapa hari di Dukuh Paruk, dan Srintil pun merasa senang karena sudah sangat lama tidak berjumpa dengan Rasus. Selama kembalinya Rasus di Dukuh Paruk, Srintil melayani segala kebutuhan Rasus seperti layaknya seorang istri melayani suaminya.

Namun pada suatu pagi, Rasus bertekad untuk tetap meninggalkan Dukuh Paruk. Rasus kembali bergabung dengan kelompok tentara untuk mengayomi masyarakat. Dengan berat hati ia meninggalkan tanah kelahirannya dan gadis yang sangat ia cintai, yaitu Srintil.

 

Harapan sebuah nama

Saat orang tua menyandangkan nama kepada anaknya, pada saat itu pula ia menggantungkan sebuah harapan pada sang anak. Tidak mungkin hanya untuk mempermudah dalam memanggilnya. Dalam sebuah nama pasti ada arti dibaliknya. Ada sebuah alasan, makna, bahkan harapan yang mendasarinya. Maka menjaga dan menghargai sebuah nama adalah suatu kewajiban. Namaku terdiri dari dua kata, Lidwina Wimalasari. Nama itulah yang disandangkan oleh orang tuaku kepadaku. Pada awalnya, aku pun tak mengerti mengapa orang tuaku menyandangkan nama tersebut. Apakah aku pantas menyandangnya? Apakah nama itu terlalu buruk? Apa aku harus bangga? Mengapa nama tersebut yang harus aku sandang? Pertanyaan semacam itu yang terus melintas di otakku. Namun aku tak begitu ambil pusing dengan pertanyaan-pertanyaan yang bagiku tak penting itu. Aku sangat percaya nama tersebut baik untukku. Lidwina merupakan nama permandianku. Dalam Ensiklopedia Orang Kudus aku mengetahui riwayat hidup Santa Lidwina, meskipun sebelumnya aku sudah mengetahuinya dari cerita orang tuaku. Lidwina merupakan gadis berkebangsaan Belanda. Namun sangat berbeda denganku, aku gadis jawa. Ia amat cantik, namun memohon agar Tuhan mengurangi kecantikannya. Akhirnya ia jatuh pada hamparan es dan tulang rusuknya patah. Hal tersebut menyebabkan ia lumpuh selama 38 tahun dan ia hidup hanya dari komuni. Ia menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi kepada Tuhan. Lidwina dihormati sebagai pelindung para penderita sakit kronis. Wimalasari merupakan kata kedua dari nama lengkapku. Wimalasari terdiri dari dua kata, wimala dan sari. Namun dalam namaku, kedua kata tersebut dirangkai menjadi Wimalasari. Dalam bahasa Jawa, Wimala berarti tanpa rereged atau resik. Resik dalam bahasa Indonesia bisa diartikan suci. Sedangkan Sari diambil dari nama ibuku. Sari dapat berarti asri, indah, sabar, atau hati-hati. Dengan demikian jelas sudah bahwa orang tuaku menginginkan aku menjadi orang rendah hati yang selalu mendekatkan diri pada sang pencipta dalam kehidupannya. Di samping itu orang tuaku juga mangharapkan agar dalam hidup aku selalu berbuat baik, sabar, dan hati-hati dalam menjalani segala sesuatu. Dengan begitu, kelak pasti akan menemukan indahnya hidup yang sebenarnya. Itulah sebuah harapan yang ada pada namaku. Dengan mengerti semuanya itu, aku menjadi sadar bahwa ada sebuah harapan besar yang harus selalu aku ingat. Tak sebatas mengingat, aku sebisa mungkin harus mewujudkan harapan orang tuaku. Sebisa mungkin aku akan selalu membawa dan menjaga nama pemberian orang tuaku dengan baik. Dengan modal itu, aku tidak akan mengecewakan mereka. Mereka akan bangga padaku.

Quantum Reading

Judul               : Quantum Reading

Pengarang       :  Hernowo

Tahun              : 2005

Cetakan           : V

Tebal buku      : 215

Penerbit           : MCL

Kota terbit       : Bandung

Bab 1

Konsep Baru Membaca Buku

AMBAK adalah Apa manfaanya bagiku? Dalam buku ini yang dimaksut adalah manfaat membaca buku. Untuk mencari manfaat kita harus mengetahui kegiatan membaca. Kegiatan membaca adalah kegiatan yang melibatkan banyak hal berkaitan dengan membaca.ada 7 konsep kegiatan membaca ala Tony Buzan

  1. pengenalan
  2. peleburan
  3. intra-intergrasi
  4. ekstra- intergrasi
  5. penyimpanan
  6. pengingatan
  7. pengomunikasian

Manfaat khusus dari kegiatan membaca adalah bahwa orang yang rajin membaca buku dapat terhindar dari kerusakan jaringan otak. Bahkan penelitian itu menyatakan bahwa membaca buku dapat membantu seseorang untuk menumbuhkan saraf-saraf baru di otak. Beberapa manfaat tentang membaca

  • membaca menambah kosakata dan pengetahuan akan tatabahasa dan sintaksis. Membaca memperkenalkan kita pada banyak ungkapan kreatif.
  • Banyaknya buku atau artikel membantu kita menyelami peraasan dan hubungan kita dfengan orang lain
  • Membaca memicu imajinasi. Buku yang baik mengajak kita membayangkan dunia beserta isinya.

Kegiatan membaca buku memang melibatkan banyak aspek: to think (berpikir), to feel (merasakan), dan juga to act (bertindak melaksanakan hal-hal yang baik dan bermanfaat sebagaimana yang dianurkan oleh sebuah buku).

Sugesti positif adalah mengisi pikiran-pikiran dengan sesuatu yang akan berbuah sukses, sesuatu yang kita inginkan dan harapan mewujut nyata di dalam diri kita setelah melakukan sesuatu.kekuatan sugesti sangatlah penting dalam belajar kita dapat melakukan sesuatu dengan baik , jika berpikir bahwa kita mampu melakukanya.

Kata paradikma dan presepsi sangat penting dalam kita mau berubah. Seringkali kita mempunyai paradikma bahwa ”buku membuat kita ngantuk”. Jika kita ingin mengubah paradikma tersebut, kita harus mengubah diri kita sendiri. Untuk mengubah diri kita secara efektif, kita harus mengubah paradikma atau presepsi kita. Baru kemudian langkahkan kaki anda ke wilayah pengubahan paradikma dalam hal membaca buku.

Sebagian orang memiliki gaya belaar yang dominan, pembelajaran ” muli-indriawi” adalah peluang terbesar bagi kesuksesan belajar. Pembelajaran multi-indriawi secara sengaja melibatkan semua indra dalam belajar.

Inti dari pembelajaran multi-indriawi adalah

  • Membaca dan memvisualkan bahanya (ini berarti sudah melihatnya)
  • Membaca fakta kunci keras-keras, mengaukan pertanyaan, dan menawabnya (ini berarti sudah mendengarnya)
  • Menuliskan pokok masalah pada kartu dan menyusunnyadalam urutan logis (berarti sudah melakukannya)

Memanfaatkan imajinasi ketika membaca. Imainasi merupakan kemampuan menciptakan gagasan atau gambaran mental dalam pikiran anda.imajinasi di perlukan untuk memecahkan kalimat-kalimat yang memerlukan penggambaran atau visualisasi. Ada kekeuatan dahsyat di dalam diri kita. Pertama, self-anwareness (kesadaran diri, kedua, conscience (hati nurani), ketiga, independent will (kehendak bebas atau kemampuan untuk memilih), dan keempat, imagination (daya imainasi)

Memaksimalkan daya ingat ketika membaca dengan cara strategi melejitkan daya ingat :

  1. Sikap atau keyakinan positif
  2. Pengamatan yang cermat
  3. Pertimbangan konteks
  4. Prinsip AAT (awal, akhir, dan tengah)
  5. Berupaya untuk aktif
  6. Kelompokan
  7. Libatkan emosi
  8. Cari umpan balik

Peta pikiran dapat membantu kita untuk mengalirkan secara sangat-sangat bebas apa pun yang kita simpan di dalam pikiran dan perasaan kita.penggunaan teknik peta-pikiran dapat mempertaam dan mempercanggih proses ”pengikatan” yang kita lakuakan enggunaan teknik ini akan membuat kegiatan membaca. Berlatih menggunakan peta-ikiran ketika membaca adalah salah satu bentuk latihan yang paling baik

Manfaat peta-pikiran

  1. Untuk menulis secar kreatif
  2. Untuk mengelola ”jaringan” pekeraan
  3. Untuk menuangkan ide secara bebas (brainstorming)
  4. untuk menjadikan rapat-rapat lebih produktif
  5. Untuk menyusun daftar tugas
  6. Untuk melakukan presentansi secara komprehensif
  7. Untuk melalukan pencatatan secara efektif
  8. Untuk membantu proses pengengembangan diri

BAB 2

Teknik Baru Membaca Buku

Membaca cepat  adalah keterampilan yang sangat bermanfaat untuk keperluan membaca  sekilas dan biasanya mencegah kita bosan.strategi seperti ini biasanya bermanfaat atau perlu untuk teks ilmiah atau matematika yang sulit. Tujuan yang berbeda membutuhkan kecepatan membaca yang berbeda. Kita membaca bukan untuk melihat setiap kata, melainkan untuk memahami makna materinya.

Cara membaca super gaya accerated learning:

  1. Ciptakan gambar keseluruhan dan ambil gagasan inti buku.
  2. Lihat sekilas bahan-bahan yang ada di buku tersebut.
  3. Buatlah sketsa mengenai hal-hal yang kita ketahui
  4. Siapkanlah pertanyaan
  5. Bacalah secara cepat teks yang ada di setiap bab
  6. Tinjaulah kembali apa yang pernah di baca secara cepat
  7. Buatlah catatan.
  8. Ulangi pembacaan.

Belajar berdasarkan aktifitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar. Belajar ini jauh lebih efektif daripada presentasi, materi, dan media. Unsur –unsur dari belajar SAVI mudah dingat.

  1. Somatis          : belajar dengan bergerak dan berbuat
  2. Audiotori       : belaar dengan berbicara dan medengar
  3. Visual             : belajar dengan mengamati dan menggambarkan
  4. Intelektual      : belajar  dengsn memecahkan masalah dan merenung

Otak kita ternyata terdiri dari dua belahan tak kiri dan otak kanan. Kita menggunakan otak kanan ketika membaca buku:

  1. Semangat
  2. Spontannitas
  3. Emosi
  4. Warna
  5. Imajinasi
  6. Gairah
    1. ada unsur baru
    2. kegembiraan.

    Kita juga perlu memanfaatkan tak kiri kita dengan membalik kegiatan membaca buku dan kita yakin dapat menggunakan otak kanan lebih dahulu, dapat membangun paradikma baru membaca. Kita telah terlalu lama didominasi otak kiri saat menjalankan kegiatan tertentu, termasuk membaca buku.

    Kiat membaca buku secara cepat

    1. Pastikan dahulu informasi apayang dicari
    2. Letakkan buku anda sajauh 50 cm dari mata
    3. Gerakan telunjuk anda ke bawAh ditengaah2 halaman denganlipat di atas ujung jari
    4. Gerakan jari dengan cepat sehingga anda tidak punya waktu untyuk berhenti pada setiap huruf.

    Resensi buku dengan cara yang muda kita pahami, adalah suatu paparan ringkasan tentang manfaat sebuah buku. Lewat resensi buku , seseorang dapat mengenali manfaat buku szecara cepat. Resensi buku bisa adi ringkasan buku yang terdiri atas ratusan halaman menjadi hanya dua halaman.

    Teknik asyik merensensi buku

    • Cutting dan Glueing

      Merupakan teknik yang paling sederhana dalam membuat resnsi. Apabila seseorang rajin berlatih dengan teknik ini. Maka dia dapat meningkatkan penulisan resensinya dengan menggunakan teknik ke dua.

      • Focusing

        Teknik ini berkaitan dengan kegiatan memusatkan perhatian kepada satu komponen saja yang menarik disajikan oleh sebuah buku.

        • Comparing

          Teknik ini mengajak seorang peresensi untuk melakukan perbandingan.caranya dengan tidak hanya membaca satu buku saja. Selain buku yang ingin diresensi, membaca setidaknya lebih dari dua kali.

          Hasil resensi yang berasal dari penggunaan teknik ketiga ini akan lebih memperkaya pembaca resensi buku tersebut.

          Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

          Bab Satu
          TINJAUAN UMUM

          I. Keterampilan Berbahasa
          Keterampilan berbahasa mencakup empat segi yaitu:
          • keterampilan menyimak (listening skills)
          • keterampilan berbicara (speaking skills)
          • keterampilan membaca (reading skills)
          • keterampilan menulis (writing skills)
          Keempat keterampilan ini merupakan satu kesatuan atau catur tunggal. Semakin terampil seseorang berbahasa maka semakin jelas pula jalan pikirannya.

          • Hubungan antara berbicara dengan menyimak
          Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). Anak akan belajar berbicara dari apa yang ia dengar atau yang ia simak. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
          • Hubungan antara menyimak dengan berbicara.
          Keterampilan menyimak juga menjadi dasar seseorang belajar membaca secara efektif. Peningkatan keterampilan menyimak juga akan meningkatkan keterampilan membaca. Untuk memperkaya kosa kata, meningkatkan pemahaman umum, dan memiliki ide-ide, kita perlu mengasahnya dengan membaca kemudian mendiskusikannya baik sebelum, selama, ataupu sesudah membaca.
          • Hubungan berbicara dengan membaca.
          Kemampuan umum bahasa lisan akan mempermudah pemahaman dalam membaca. Kemampuan umum disini misalnya pengucapan yang jelas (artikulasi), penggunaan kalimat yang tepat, perbendaharaan kosa katanya ba-nyak, dan mampu menghubungkan suatu peristiwa dalam urutan yang wajar.
          • Hubungan antara ekspresi lisan dan ekspresi tulis.
          Ekspresi lisan dan tulis memiliki persamaan. Sebelum dapat menulis anak memiliki perbendaharaan kata, kosa kata, pola-pola kalimat dari ia belajar berbicara. Komunikasi tulis cenderung lebih unggul dalam isi, pikiran, struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih teratur dalam pengertian ide-ide. Seorang penulis akan memperbaiki tulisannya sebelum menyelesaikan tulisannya.

          II. Membaca
          A. Pengertian batasan membaca
          Membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata bahasa tulis.
          Dari segi linguistik, membaca merupakan suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara menulis yang justru melibatkan penyandian. Sebuah aspek pembacaan sandi yaitu menghu-bungkan kata-kata dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Jadi, membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya.

          B. Tujuan membaca
          Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi mencakup isi dan memahami makna bacaan.
          • Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh, disebut juga membaca untuk memperoleh perincian atau fakta (reading for details or fact).
          • Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
          • Membaca untuk mengetahui urutan atau susuanan or ganisasi cerita (reading for sequance or organization).
          • Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi.
          • Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan (reading to classifity).
          • Membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
          • Membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).
          C. Membaca sebagai suatu keterampilan
          Dalam keterampilan membaca mencakup tiga komponen , yaitu :
          • Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca.
          Ketrampilan ini merupakan kemampuan untuk mengnal bentuk yang berupa gambar, lengkungan, garis, dan sebagainya.
          • Korelasi aksara (tanda baca) dengan unsur linguistik yang formal.
          • Hubungan lebih lanjut dari keduanya dengan makna.

          D. Aspek-aspek membaca
          Aspek-aspek yang penting dalam membaca adalah :
          I. Ketrerampilan yang bersifat mekanis (mechanical kills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order ). Aspek ini mencakup :
          • pengenalan bentuk huruf.
          • pengenalan unsure-unsur linguistik (fonem/ grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain).
          • pengenalan hubungan/koresopondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis).
          • pecepatan membaca bertaraf lambat.

          II. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprhension kills) yang dianggap pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup :
          • memahami pengertian sederhana (leksikal, dramatikal, retorikal).
          • memahami signifikansi atau makna (tujuan pengarang relevansi, reaksi pembaca).
          • evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).
          • kecepatan membaca yanmg fleksibel, yang mudah disesuakan dengan keadaan.

          Aktifitas yang sesuai dengan keterampilan mekanis adalah membaca nyaring dan membaca bersuara. Untuk keterampilan pemahaman maka yang tepat adalah dengan membaca dalam hati.
          Membaca dibagi menjadi dua, yaitu: membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca dalam hati terbagi menjadi :

          (1) Membaca ekstensif dibagi menjadi: membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal.
          (2) Membaca intensif dibagi menjadi:
          a) Membaca telaah isi yang mencakup membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide-ide
          b) Membaca telaah bahasa yang mencakup membaca bahasa dan membaca sastra.

          E. Mengembangkan keterampilan membaca
          Setiap guru bahasa harus dapat membantu serta membimbing pelajar untuk mengembangkan serta meningkatkan ketrampilan membaca mereka. Usaha untuk meningkatkan ketrampilan membaca antara lain:
          1. Guru dapat menolong dengan memperkaya kosa kata.
          2. Guru membantu memahami makna struktur kata, kalimat, dan sebagainya.
          3. Guru memberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, dan lain-lain.
          4. Guru membantu meningkatkan kecepatan membaca dan memastikan pemahamannya.

          Bab Dua
          MEMBACA NYARING

          2.1 Pengertian
          Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara si pembaca, proses membaca terbagi menjadi 2 yaitu :
          1. Membaca (bersuara, lisan) nyaring (reading out loud/aloud, oral reding)
          Membaca nyaring adalah suatu kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid atau, pembaac bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seorang pengarang. Membaca nyaring merupakan sebuah pendekatan yang dapat memuaskan serta memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah ketrampilan serta minat.
          2. Membaca dalam hati (silent reading).
          Pada membaca dalam hati kita hanya menggunakan ingatan visual. Dalam hal ini yang aktif adalah mata dan ingatan.
          2.2 Keterampilan-keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring
          Di bawah ini dikemukakan sejumlah ketrampilan yang dituntut dalam membaca nyaring pada setiap kelas sekolah dasar.
          Kelas I:
          • Mempergunakan ucapan dan frase yang tepat.
          • Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna terpahami.
          • Memiliki perawakan, sikap, serta merawat buku dengan baik.
          • Menguasai tanda baca sederhana, seperti tanda titik ( . ), tanda koma ( , ), tanda tanya ( ?), dan tanda seru (!).

          Kelas II:
          • Membaca dengan terang dan jelas.
          • Membaca dengan penuh perasaan.
          • Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata.

          Kelas III:
          • Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi.
          • Mengerti serta memahami bahan bacaan.

          Kelas IV:
          • Memahami bahan bacaan pada tingkat dasar.
          • Kecepatan mata dan suara: tiga patah kata dalam satu detik.

          Kelas V:
          • Membaca dengan pemahaman dan perasaan.
          • Aneka kecepatan membaca nyaring tergantung pada bahan bacaan.
          • Dapat membaca tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan.

          Kelas VI:
          • Membaca nyaring dengan penuh perasaan atau ekspresi.
          • Membaca dengan penuh percaya diri dan mempergunakan frase atau susunan kata yang tepat.

          2.3 Peningkatan keterampilan membaca nyaring
          Agar dapat membaca nyaring dengan baik, maka sang pembaca haruslah menguasai ketramppilan persepsi sehingga dia memaami kata dengancepat dan tepat. Yang dilakukan pembaca agar pendengar memahami informasi yang disampaikan:
          • Menyoroti ide baru dengan mempergunakan penekanan yang jelas.
          • Menjelaskan perubahan dari satu id eke ide lain.
          • Menerangkan kesatuan pikiran dalam satu kalimat dengan penyusunan kata yang tepat dan baik.
          • Menghubungkan ide yang bertautan dengan jalan menjaga suara agar tinggi sampai akhir dan tujuan tercapai.
          • Menjelaskan klimaks dengan gaya dan daya ekspresi yang baik dan tepat.

          Ketrampilan membaca nyaring juga akan berkembang secara wajar, secara lamiah dalam membaca drama. Dalam membaca drama dituntut untuk mengucapkan dialog dengan jelas dan tepat agar pendengar mengerti dengan apa yang dimaksud.
          `
          Bab Tiga
          Membaca Dalam Hati

          Tujuan utama membaca dalam hati adalah memperoleh informasi. Pada saat membaca dalam hati yang kita pergunakan adalah ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Secara garis besar membaca dalam hati terbagi atas :
          A. Membaca ekstensif
          Membaca ekstensif berarti membaca secara luas, obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
          • Membaca survei
          Yang perlu disurvei saat memilih bahan bacaan antara lain adalah :
          – Memeriksa, meneliti indek-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku.
          – Meliha-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan.
          – Memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan. Kecepatan dan ketepatan dalam mensurvei bahaqn bacaan sangatlah penting, hal ini juga turut menmentukan berhasil atau tidaknya seorang dalam studinya.
          • Membaca sekilas
          Membaca sekilas atau skimming adalah jenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi, penerangan. Tujuan utama membaca sekilas adalah :
          1. Untuk memperoleh kesan umum megenai suatu buku atau bahan bacaan (meneliti halaman judul, kata pengantar, daftar isi dan sebagainya).
          2. Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan (dengan menen-tukan fakta yang hendak dicari terlebih dahulu, melihat kata yang detail, dan secara cepat melirik tiap halaman untuk mencari kata yang diingini).
          3. Menemukan atau menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan (dengan membaca sekilas kartu katalog untuk mendapatkan buku)
          Jika kita membiasakan diri membaca sekilas dengan tepat dan cerdas maka kita akan dapat memperoleh informasi dalam waktu yang singkat.

          • Membaca dangkal (superficial reading)
          Tujuan membaca dangkal adalah memperoleh pemahaman yang dangkal, yang bersifat luaran, tidak mendalam dari suatu bahan bacaan, membaca untuk kesenangan, dan membaca bacaan yang sifatnya ringan.

          B. Membaca intensif
          Membaca intensif adalah studi seksama, yang dilaksanakan secara bersama-sama di kelas. Teks yang diperlukan panjangnya tidak lebih dari 500 kata yang dapat dijangkau dalam waktu 2 menit dengan kecepatan kira-kira 5 kata dalam satu detik.
          Tujuan utama membaca ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang baik mengenai suatu argumen-argumen.

          C. Ketrampilan yang dituntut pada membaca dalam hati
          Sejumlah ketrampilan yang dituntut pada setiap kelas sekolah dasar khusus pada membaca dalam hati, agar tujuan dapat dicapai.
          Kelas I:
          • Membaca tanpa bersuara, tanpa gerakan bibir, tampa berbisik.
          • Membaca tanpa gerakan kepala.

          Kelas II:
          • Membaca tanpa gerak bibir atau kepala.
          • Membaca lebih cepat secara dalam hati tinimbang secara bersuara.

          Kelas III:
          • Membaca dalam hati tanpa menunjuk dengan jari, tanpa gerakan bibir.
          • Memahami bahan bacaan secara diam atau dalam hati.
          • Lebih cepat membaca dalam hati dari pada membaca bersuara.

          Kelas IV:
          • Mengerti serta memahami bahan bacaan pada tingkat dasar.
          • Kecepatan mata dalam membaca 3 kata per detik.

          Kelas V:
          • Membaca dalam hati jauh lebih cepat tinimbang bersuara.
          • Membaca dengan pemahaman yang baik.
          • Membaca tanpa gerakan bibir atau kepala atau menunjuk dengan jari.
          • Menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati; senang membaca dalam hati.

          Bab Empat
          MEMBACA TELAAH ISI

          A. Membaca teliti
          Keterampilan yang dibutuhkan dalam membaca teliti adalah :
          • Survei yang cepat
          • Membaca secara seksama dan dilakukan berulang-ulang untuk menemukan kalimat-kalimat judul dan perincian-perincian penting.
          • Menemukan hubungan setiap paragraph dan keseluruhan dam sebuah bahan bacaan.

          1. Membaca paragraf dengan pengertian
          Paragraf yang tertulis rapi biasanya mengandung pikiran pokok.Untuk mengembangkan pikiran pokok dapat dilakukan dengan cara :
          – Mengemukakan alasan-alasan
          – Menguratakan perincian-perincian
          – Mengetengahkan satu atau lebih contoh
          – Memperbandingkan dua hal
          2. Membaca pilihan yang lebih panjang
          3. Membuat catatan
          4. Dalam kelas

          B. Membaca pemahaman
          Jenis membaca yang bertujuan untuk memahami:
          a. Standar-standar atau norma-norma kesusastraan (literary standards).
          b. Resensi kritis (critical review).
          c. Drama tulis (printed drama).
          d. Pola-pola fiksi (patterns of fiction).

          C. Membaca kritis
          Adalah membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan. Dalam membaca kritis, pembaca dituntut untuk:
          a. Memahami maksud penulis.
          b. Memahami organisasi dasar tulisan.
          c. Dapat menilai penyajian penulis / pengarang.
          d. Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari.
          e. Meningkatkan minat baca, kemampuan baca dan berfikir kritis.
          f. Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan.
          g. Membaca majalah atau publikasi-publikasi periodic yang serius.

          D. Membaca ide
          Membaca ide adalah jenis membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Syarat bagi para pembaca yaitu:
           Mengetahui mengapa dia membaca.
           Memahami apa yang dibacanya.
           Menguasai kecepatan membaca.
           Mengenal media cetak.

          Bab Lima
          Membaca Telaah Bahasa

          Pada membaca telaah bahasa meliputi :
          1. Membaca bahasa asing (language reading).
          2. Membaca sastra (literary reading).

          A. Membaca bahasa
          Tujuan utamanya adalah :
           Memperbesar daya kata (increasing word power).
          Dalam kegiatan membaca bahasa demi memperbesar daya kata, maka ada beberapa hal yang harus kita ketahui, antara lain:
          1. ragam-ragam bahasa
          Secara garis besar dibedakan menjadi 5 ragam bahsa:
          a. bahasa formal atau resmi
          adalah bahasa yang dipakai pada saat resmi oleh orang yang dianggap mempergunakan bahasa yang terbaik. Misalnya pidato kenegaraan, kuliah, tajuk rencana, dan sebagainya.
          b. bahasa informal atau bahasa tidak resmi
          adalah bahasa yang dipakai pada situasi yang tidak resmi. Lebih banyak dipakai secara lisan daripada tulisan, misalnya bahsa dalam lingkungan keluarga, dalam buku harian, dan sebagaiya.
          c. bahasa percakapan
          adalah bahasa yang umum dipakai dalam percakapan, baha yang telah biasa kita pakai semenjak kecil.
          d. bahasa kasar
          bahasa kasar disebut juga bahasa yang tidak baku, bahsa orag yang tidak berpendidikan, tetapi tidak dipergunakan oleh orang-orang yang telah mempelajari bentuk-bentuk baku.
          e. bahasa slang
          adalah bahaasa yang ditujukan pada kelompok khusus serta terbatas. Bahasa slang bersifat kesementaraan; hari ini bermakna sutu hal, besok lusa tidak lagi.

          2. mempelajari makna kata dari konteks
          Konteks dapat mencerminkan makna suatu kata.
          a. konteks dapat membatasi kata
          Cara yang palimg kelas dan nyata untuk mencerminkan makna adalah dengan definisi atau batsan yang ikhlas dan langsung.
          b. konteks dapat memasukkan suatu perbandingan atau pertentangan, suatu komparasi atau kontras, yang dapat menolong kita memahami makna kata.
          c. Suasana (mood atau sence) bagian sebagi suatu keseluruhan dapat mencerminkan makna kata
          3. bagian-bagaian kata
          Sebagai tambahn terhadap penggunaan petunjuk-petunjuk konteks untuk menentukan makna suatu kata baru, kadang-kadang kita dapat pula memperhitungkan maknanya dari pengetahuan mengenai bagian kata, yaitu prefiks, root (akar atau dasar kata), suffiks, dan infiks.
          4. penggunaan kamus
          Kamus akan mengatakan secara tegas apakah sesuatu kata benar atau tidak. Dari kamus kita dapat belajar bentuk, jenis, dan kekerabatan kata-kata.
          5. Aneka makna
          Kita harus paham akan homonim yaitu kata-kata yang sama bentuk bunyinya, tetapi berlainan maknanya. Penggunaan kata yang tepat, menuntut kecermatan yang bijaksana dari embaca.
          6. idiom
          Idiom merupakana ekspresi yang tidak dapt dimengerti dari makna terpisah, makna sendiri-sendiri setiap kata dalam kelompok itu. Kata harus diperlakukan sebagai suatu keseluruhan.
          7. sinonim dan antonim
          Untuk memperoleh sukses yang lebih baik dalam pembangunan dan peningkatan daya kata, maka kita pun erlu mengetahui bagaimana cara mempergunakan sinonim dan antonim dalam berbicara dan menulis, serta memahami dalam kegiatan membaca.
          8. konotasi dan denotasi
          Denotasi mengacu pada batsan harfiah sesuatu kata dan konotasi mengacu pada segala sesuatu yang disarankan oleh sebuah kata: selra emosionalnya, nada yang menyenangkan atau tidak, dan sebagainya. Peguasaan serta pemahamna konotasi kata-kata sangat diperlukn bagi pembaca agar memperoleh sukses yang lebih baik dalam usaha peningkatan daya kata.
          9. derivasi
          Derivasi adala asal-usul kata. Hal ini sangat baik untuk meniingkatkan daya kata.

           Mengembangkan kosa kata kritik
          Dalam upaya mengembangkan kosa kata kritik ini, perlu kita ketahui eberapa hal, antara lain:
          1. Bahsa kritik sastra
          2. Memetik makna dari konteks
          Sebelum memperbincangkan petunjuk konteks secara rinci, baiklah kita singgung dulu tiga jenis makna, yaitu:
          a. makna denotatif
          adalah sesuatu atau segala sesuatu yang dapat diterapi oleh kata tersebut” atau segala sesuatu dalam duia pengalaman yang dapat dilukiskan atau diwakili pleh suatu lambang.
          b. makna konotatif
          adalah segala sesuatu yang disarankan, yang dianjurkan oleh kata itu; segala sesuatu yang teringat atau yang diingatkan kalau kita memikirkan sesuatu yang dinamai oleh benda itu.
          c. makna designatif
          adalah jumlah karakteristik yang harus dimiliki oleh benda tertentu kalau kata itu diterapkan padanya.
          3. petunjuk-petunjuk konteks
          Secara garis besar, terdapat lima cara konteks mencerminkan makna, yaitu:
          a. definisi atu batasan
          Metode yang paling jelas dan langsung mencerminkan makna adalah dengan batasan atau definisi pada saat itu juga.
          b. Contoh
          c. Uraian baru
          d. Mempergunkan pengubah
          e. Mempergunakan kontras

          Meningkatkan Kemampuan Membaca

          Pendahuluan: Memerangi Kelebihan Beban Informasi

          Melalui buku ini, pembaca diharapkan mempunyai kemampuan membaca yang lebih besar daripada yang dimiliki, sebagaimana diduga oleh para guru komunikasi. Pembaca dapat mengambil keputusan yang lebih baik mengenai apa yang harus dibaca, kapan, dan dimana. Pembaca akan dapat mengorganisasikan bacaan dengan lebih baik pula, belajar kapan dan bagaimana membaca untuk pengenalan (termasuk untuk hiburan), dan juga membaca untuk pengetahuan atau secara mendalam. Pembaca tidak hanya akan membaca kata-kata dengan lebih cepat namun akan menggunakan beberapa teknik untuk mengerti kata-kata itu dengan lebih baik.

          Bagian selebihnya dari buku ini membicarakan cara untuk membaca demi kekuatan. Buku ini juga mengungkapkan pentingnya membaca dengan baik dan memperlihatkan bagaimana caranya meningkatkan keterampilan membaca.

          Mimpi yang Hancur Berantakan: Bagaimana Kemampuan Membaca dapat Membentuk atau Menghancurkan Anda

          Kemampuan membaca dapat membentuk atau menghancurkan. Dengan kemampuan membaca yang baik, kita dapat melakukan kegiatan membaca yang bertujuan untuk bermacam-macam hal dengan baik pula. Namun orang yang tidak memiliki kemampuan membaca yang baik akan sangat sulit untuk melakukan itu.

          Terlalu Banyak yang Harus Dibaca dan Terlalu Sedikit Waktu: Bagaimana Memutuskan Apa yang Harus Dibaca dan Kapan Membacanya

          Ada terlalu banyak yang harus dibaca dan terlalau sedikit waktu untuk membacanya. Oleh karena itu, kita perlu memilah apa yang kita, kapan , dan dimana. Pilihan terletak pada jawaban terhadap pertanyaan yang nyaris bergantung kepada penyederhanaan: “ Mengapa membacanya?” Anda todak perlu membaca apapun jika anda tidak mempunyai kebutuhan atau keinginan untuk mengetahuinya.Bacalah sesuatu yang perlu anda ketahui.

          • Menyeleksi dan Memilih

            Dalam membaca kita tidak harus membaca semua yang ada, namun kita bisa menyeleksi dan mimilih bacaan yang kita butuhkan. Itulah salah satu alasan mengapa penerbit membuka produk merata dengan daftar isi. Mereka eminta anda untuk memilih apa yang anda rasa harus anda baca. Disini pembacaan sekilas (scanning) akan sangat membantu.

            Arahkan pandangan anda sepanjang daftar isi tersebut. Bila ada sesuatu yamh menarik perhatian anda, entah karena anda perlu mengetahuinya atau menginginkannya. Bila tidak ada yang menarik perhatian anda, singkirkan buku itu atau kembalikan ke rak.

            • Di mana dan Kapan

              Di mana dan kapan membaca hampir sama pentingnya dengan mengapa dan apa. Tempat dan waktu bergantung kepada seberapa besar anda perlu atau ingin mengingat apa yang anda baca. Segera sesudah anda memisahkan bahan menjadi kebutuhan untuk membaca dan keinginan ntuk membaca dan sesudah memilih apa yang harus dibaca, di mana, dan kapan, kita perlu mengorganisasi bacaan berdasarkan prioritas.

              Intisari Pengendalian Keranjang Surat Masuk

              • Siapa yang menginginkan saya untuk membacanya?

                Dalam membaca kita harus memperhatikan “siapa yang menginginkan saya untuk membacanya?”. Jika bacaan tersebut penting untuk dibaca, maka segeralah membacanya.

                • Apa yang akan terjadi bila saya tidak membacaya atau tidak membacanya sekarang?

                  Bagian kedua ini mengacu pada konsekuensi positif dan negatif. Ada tiga hal yang harus diprioritaskan, yaitu:

                  a. Apa yang penting?

                  b. Apa yang diperlukan dengan segera?

                  c. Peranan apa yang dimainkannya?

                  Namun, bila masih belum yakin mengenai prioritas, tanyakan:

                  1. Apa yang bergantung kepada bacan saya sekarang ini?
                  2. Apalagi yang tidak akan terjadi bila saya tidak membacanya?
                  3. Bila saya tidak membacanya, apakah saya atau orang lain akan dapat mengerjakan hal-hal lain?
                  4. Bagaimana tidak membaca hal ini mempengaruhi orang lain atau proses lain?

                  Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan memberitahuperanan apa yang dimainkan bahan bacaan tersebut. Kita dapat mengetahui pula bacaan mana yang harus dibaca lebih dahulu dan kapan. Ringkasnya, untuk mendapatkan kendali atas kebiasaan anda dalam membaca, belajarlah memisahkan apa yang perlu anda ketahui dan perlu anda baca.

                  Membaca versus Kemampuan Membaca

                  • Membaca versus Mendengar

                    Konfusius mengatakan sesuatu yang masih masuk akal: katakan kepada sya dan saya lua, Perlihatkan kepada saya dan sya ingat, biarkan saya melakukannya dan saya mengerti. Karena kata-kata yang diucapkan berlalu lebih cepat melalui kesadran daripada kata yang tertulis, kebanyakan orang menyimpan sekitar setengah dari apa yang mereka dengar dibandingkan dengan apa yang mereka bicara.

                    Baca apa yang dikatakan seseorang, dan cetakan tersebut melengkapi anda dengan ingatan yang tidak mungkin salah. Anda dapat selau melihat apa yang tidak anda ingat. Namun yang lebih penting, apa yang tidak anda mengerti pada mulanya, anda dapat belajar lebih cermat dengan kecepatan anda sendiri dan dengan cara sendiri.

                    • Kosakata

                      Kebanyakan orang membaca dengan dangkal, menyaring kata-kata yang tidak mereka mengerti dan membiarkan konteks membawakan makna kata-kata yang baru. Bila ada sesuatu yang cukup pentinguntuk dibaca, maka sesuatu itu cukup penting untuk dimengerti. Selain itu, membaca kamus adalah salah satu cara yang digunakan oleh para penulis untuk mengembangkan kosakata yang lebih baik dibandingkan kebanyakan orang.

                      Saat membaca, setiap kali mendapatkan suatu kata atau frase yang tidak dimengerti, catatnya dan cari makna di kamus. Gunakan kembali kata atau frase itu setidaknya dalam satu kalimat dan gunakan pada setiap kesempatan yang sesuai. Kata atu frase itu segera menjadi milik kita.

                      • Kedangkalan

                        Ketika orang menyaring kata-kata yang mereka tidak ketahui, mereka kehilangan kedalaman  yang mungkin mereka perlukan untuk pengertian yang lengkap atas apa yang penting secara dangkal dapat menimbulkan konsekuensi yang serius. Kurangnya kosakata bukanlah satu-satunya sebab kedangkalan. Pengalihan perhatian juga menganggu pemahaman dan menyebabkan kurangnya kedalaman.

                        • Kelambatan

                          Membaca dengan cermat bukan berarti membaca dengan lambat. Dengan mem-baca lambat malah akan membuat kehilangan rangkaian gagasan. Pembaca lambat biasanya menyuarakan apa yang mereka baca, entah di dalam hati atau dengan suara keras. Hal ini melambatkan kecepatan membaca hingga mendekati kecepatan mendengar. Satu lagi sebab dari membaca lambat adalah gerakan mata yang berlebihan. Saat membaca mata bergerak bolak-balik sepanjang baris teks dan biasanya satu demi satu kata.

                          Untuk dapat membaca dengan baik, sebaiknya kebiasaan tersebut dihindari. Dibutuhkan waktu agar terbiasa dengan kegiatan membaca yang hening dan menyeluruh, tetapi akan terasa menjadi lebih mudah dan semakin mudah bila berlatih setiap kali membaca sesuatu.

                          • Pembacaan Ulang

                            Kebanyak orang memperlambat diri mereka sendiri dengan pembacaan ulang yang tidak perlu. Pembacaan ulang sangat mengganggu proses membaca. Sebaiknya saat membaca pilihlah unsur esensial yang dirasa perlu untuk diingat dan buat catatan mental mengenai unsur tersebut. Dapat juga dilakukan dengan menandai dengan pena berwarna. Bila suda selesai membaca, coba ingat pokok-pokok yang menonjol itu.

                            Bila anda mempunyai kendali yang lebih besar atas cara anda membaca, anda bisa mendapatkan lebih banyakdari semua yang lewat di depan anda. Anda mengerti bahan bersangkutan lebih banyak, dan dengan pengertian, anda meningkatkan ingatan anda pula. Apa yang tidak apat anda ingat, tinjau kembali. Peninjauan kembali membedakan membaca untuk pengenalan dan membaca untuk pengetahuan (membaca secara mendalam).

                            Membaca untuk Pengenalan

                            Membaca untuk pengenalan berarti membaca mendapatkan inti dari pokok bahasan tanpa mengembangkan pengertian yang tuntas. Membaca untuk pengenalan berarti mengumpulkan informasi untuk pemakaian yang terbatas. Selanjutnya informasi tersebut tersdia untuk pemeriksaan yang lebih ekstensif bila diperlukan. Jadi, anda membaca sekilas, meninjau, atau menyaring.

                            • Pembacaan sekilas (scanning)

                              Membaca sekilas berarti hanya mencari bahan yang relevan atau berhubungan langsung, fakta atau gagasan khusus. Membaca sekilas dapat juga dilakukan dengan memperhatikan judul, mencari artikel yang menarik perhatian, dan menelusuri informasinya dengan cepat. Membaca sekilas menghemat waktu. Teknik membaca ini memfokuskan perhatian dengan tajam dan menghilangkan kekusutan mental.  Dengan menyoroti satu potongan kecil ahan yang penting, membaca sekilas membantu mengambil keputusan tentang bentuk lain membaca untuk pengenalan, seperti peninjauan.

                              • Peninjauan (previewing)

                                Peninjauan memberi kesempatan untuk memutuskan tentang apa yang harus disaring dan apa yang harus dibaca secara mendalam. Bila anda memutuskan untuk membaca suatu artikel atau bab dari sebuah buku, henat banyak waktu anda dan energi mental dengan membaca judul serta subjudul. Mungkin ternyata bahwa judul artikel atau bab lebih menarik daripada teksnya, tetapi bila bahannya masih menarik minat, tinjaulah atau lebih baik saring dan baca yang perlu diketahui secara mendalam.

                                • Penyaringan (scimming)

                                  Penyaringan berarti menggerakkan mata dengan cepat untuk menelusuri halaman dengan membaca judul, subjudul, kalimat topik, dan kata-kata isyarat yang menyediakan lebih banyak dari sekadar gagasan yang menonjol yang ditangkap sewaktu melakukan peninjauan. Penyaringan mirip dengan pembacaan sekilas.

                                  Membaca untuk pengetahuan yang Mendalam

                                  Membaca untuk pengetahuan yang mendalam dapat dilakukan dengan menetapkan tujuan dan sasaran, menetapkan prioritas, menaruh perhatian cermat, dan membuat catatan secara efektif. Berikut ini akan dijelaskan mengenai masing-masing hal tersebut.

                                  1. Penetapan Tujuan

                                  Membaca untuk memperoleh semua informasi yang esensial di dalam teks atau membaca untuk mendapatkan isi dengan menetapkan tujuan dan sasaran membaca, menegakkan prioritas, menaruh perhatian dan menulis kerangka. Memutuskan mengapa anda membaca seauatu menghasilkan tujuan dan sasaran yang mengidentifikasi bahan yang palingpentinguntuk dibaca dan diingat. Tujuan anda membantu anda menggabungkan apa yang perlu diketahui, dan gabungan nya menjadi penggerak yang kuat.

                                  Bila orang memiliki kebutuhan untuk mengetahui sesuatu, mereka menggali secara antusias ke dalam tugas pencarian. Tujuan dan sasaran mengarahkan peninjauan, penyaringan, dan pembacaan sekilas yang anda lakukan. Tujuan dan sasaran menunjukkan apa yang harus disimpan dan dimana menemukan sesuatu bila anda memerlukannya.

                                  • Pemberian Perhatian

                                    Untuk menaruh perhatian, harus melibatkan diri sepenuhnya. Menyiapkan diri untuk membaca adan membersihkan pikiran dari semuanya. Harus fokus pada judul atau ringkasan bahan yang akan memberi petunjuk. Tidak ada ruginya memulai untuk menulis sasaran dan apa yang harus didapat dati bacaan yang ada. Disinilah pembuatan catatan menjadi penting dilakukan untuk mengembangkan kosakata dan peninjauan atau pengertian.

                                    • Pembuatan Catatan
                                    • Pengembangan kosakata

                                      “Biarkan saya melakukan, dan sya mengerti.” Dalam kalimat tersut, “melakukan” berarti mengambil peran aktif dalam belajar sendiri. Ketika membaca untuk pengenalan, pembaca secara aktif menyeleksi informasi yang ingin diserap dan menolak selebihnya. Seringkali saat membaca kita menemukan kata-kata sulit, disinilah membaca dengan kamus di tangan menjadi penting. Dengan begitu kosakata yang kita miliki menjadi berkembang.

                                      Berikut ini adalah sebuah format sederhana untuk mengembangkan kosakata. Format ini terdiri atas: (1) kata yang dipelajari, (2) bagian cara berbi-cara yang dipenuhinya, (3) makna atau beberapa makna, dan (4) pemakainnya.

                                      • Peninjauan dan pengertian

                                      Membaca untuk pengetahuan dimulai dengan peninjauan dan penya-ringan untuk gambaran umum mengenai pokok bahasan dan rasa untuk sudut pandang si penulis. Untuk meningkatkan kemampuan anda dalam membaca, anda perlu menuliskan catatan dalam kata-kata sendiri. Ketika membuat catatan dengan kata-kata sendiri, sama saa menanamkan gagasan, konsep, instruksi di dalam benak. Pembuatan catatan juga memberi rekaman tertulis untuk peninjauan cepat ketika memerlukan bacaan tersebut.

                                      Kesimpulan

                                      Ledakan informasi tidak perlu menyapu bersih diri anda. Dunia kita adalah dunia yang memiliki informasi paling baik yang pernah dikenal. Anda dapat mengendalikan apa yang anda baca, menyingkirkan apa yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Dan dapat mengendalikan sejauh mana anda menyerapsemua banjir informasi yang menyerbu diri anda.

                                      Baca untuk pengenalan. Baca sekilas, tinjau, dan saring. Memisahkan semua bahan dan menemukan apa yang perlu dibaca untuk pengetahuan. Kemudian seranglah secara tuntas dan menjauh dengan mengetahui dan mengerti apa yang dibaca dengan menghentikan arus bacaan guna membuat catatan untuk pengembangan kosakata atau untuk peninjauan.

                                      Membaca untuk pengenalan dan membaca secara mendalam tidak bertentangan satu sama lain. Yang satu mengurangi kekusutan dan membantu anda berfokus pada hal-hal yang paling bermakna untuk yang lain. Keduannya dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan anda dalam membaca.

                                       

                                      Membaca Ekspresif

                                      Data buku

                                      Judul               : Membaca Ekspresif

                                      Pengarang       : Prof. Dr.  Henry Guntur Tarigan

                                      Tahun              : 1994

                                      Penerbit           : Angkasa Bandung

                                      Tebal buku      : 102 halaman

                                      Pengajaran membaca berdasarkan tujuan

                                      1.1  Tujuan pengajaran membaca

                                      Kegiatan membaca mempunyai dua maksud utama yaitu:

                                      1. Tujuan behavioral, yang disebut juga tujuan tertutup, ataupun tujuan instruksional.

                                      Tujuan ini biasanya diarahkan pada kegiatan-kegiatan membaca:

                                      • Memahami makna kata (word attack).
                                      • Keterampilan-keterampilan studi (study skills).
                                      • Pemahaman (comprehension).

                                      b. Tujuan ekspresif atau tujuan terbuka terkandung dalam kegiatan-kegiatan membaca:

                                      • Membaca pengarahan diri sendiri (self directed reading).
                                      • Membaca penafsiran, membaca interpretative (interpretative reading).
                                      • Membaca kreatif (creative reading).

                                      1.2  Tingkatan dan aplikasi tujuan

                                      Ada 3 tingkatan tujuan membaca.

                                      1. Pada tingkatan yang paling abstrak, tujuan itu merapatkan pertanyaan. Tujuanya untuk menentukan tujuan bagi keseluruhan unit sekolah. Memperkenalkan bidang-bidang studi berserta wilayah yang di garap. Serta mengendalikan perkembangan progam.
                                      2. Pada tingkatan yang lebih kongkrit, tujuan yang dinyatakan dalam istilah  behavioral, adalah sangat tepat untuk menganalisi tujuan umum menjadi tujuan instruksional khusus.
                                      3. Pada tingkatan yang paling khusus, tujuan itu sedemikian eksplisitnya sehingga memberikan suatu jalur khusus menuju pencapaian tujuan yang dinyatakan pada tingkat kedua, tujuan tersebut menetapkan berencana bagi pengajaran.

                                      1.3        Tujuan behavioral adalah sasaran atau hasil yang dinginkan dari proses belajar yang dinyatakan oleh perilaku yang dapat diamati.

                                      1.3.1        Keunggulan tujuan behavioral

                                      1.3.2        Keunggulan tujuan behavioral

                                      1.4  Tujuan ekspresif.

                                      Tujuan ekspresif memberi dorongan kepada guru dan siswa. Tujuan ekspresif evokatif  ketimbang preskriptif lebih bersifat merangsang daripada bersifat menentukan. Tujuan ekspresif terbagi atas tiga jenis, yaitu:

                                      a)      Tujuan pengarahan diri.

                                      b)      Tujuan interpretatif.

                                      c)      Tujuan kreatif.

                                      Membaca pengarahan diri

                                      2.1    Memilih buku bacaan.

                                      Membaca pengarahan diri adalah keterampilan memilih buku-buku bacaan serta pengembangan otomatisasi. Keunggulan praktek pemilihan sendiri bahan-bahan bacaan tentu saja dipengaruhi oleh beberapa faktor: sang anak harus mempunyai beberapa minat yang ingin dikembangkan serta mengikat sang pribadi pada situasi membaca. Bahan-bahan bacaan yang tersedia dapat menjalin serta menyerasikan minatnya untuk membaca.

                                      Dasar teori tersebut ialah bahwa apabila kondisi-kondisi terpenuhui sang anak akan berusaha mencari bahan-bahan bacaan yang sesuai denganya, maka dia akan tumbuh dan berkembang.

                                       

                                      2.2    Kecepatan membaca.

                                      Sub bab ini menegaskan pada upaya membantu para siswa agar mereka menjadi pembaca yang lebih efisien. Menurut penelitian kecepatan membaca orang dewasa biasanya berkisar antara 900-1000 kata permenit dan bagi SD sebagai berikut:

                                      • Kelas 1 = 60-80 kata permenit
                                      • Kelas 2 = 90-110 kata permenit
                                      • Kelas 3 = 120-140 kata permenit
                                      • Kelas 4 = 150-160 kata permenit
                                      • Kelas 5 = 170-180 kata permenit
                                      • Kelas 6 = 190-250 kata permenit

                                      Maka pada dasarnya dia siap untuk membaca dengan mempergunakan berbagai teknik.

                                      a)      Skiming atau membaca sekilas.

                                      Suatu tipe membaca dengan cara meliputi atau menjelajah bahan bacaan secara cepat agar dapat memetik ide-ide utama.

                                      b)      Scanning atau membaca sepintas

                                      Suatu teknik pembacaan sekilas tetapi dengan teliti dengan maksud untuk menemukan informasi khusus, informasi tertentu dari bahan bacaan, sang pembaca sekilas ini menggerakan matanya secara cepat pada seluruh halaman, siap siaga menyaring terminologi tertentu atau frase-frase inti yang dapat memenuhi tujuan teknik membaca sekilas.

                                      c)      Membaca teliti.

                                      Cara dan upaya untuk memperoleh pemahaman sepenuhnya atas suatu bahan bacaan.

                                      Tujuan yang ingin dicapai antara lain:

                                      1. Mengingat dan memahami ide-ide pengarang.
                                      2. Menganalisis para tokoh.
                                      3. Memahami konsep-konsep khusus.
                                      4. Melukiskan hubungan-hubungan
                                      5. Mencari pola-pola.
                                      6. Menganalisis gaya.

                                      2.3    Mengikuti petunjuk.

                                      Keterampilan mengikuti petunjuk memang sangat perlu dalam kegiatan membaca untuk menambah ilmu pengetahuan. Demikian pula dalam proses belajar mengajar. Membaca terdapat suatu kegiatan yang disebut kegiatan membaca terarah atau direct reading ativiti.

                                      Kegiatan membaca terarah adalah suatu rencana pelajaran membaca yang terdiri atas lima tahap. Untuk membantu para siswa membaca bahan-bahan yang berada pada tingkat baca.

                                      2.4    Mengarah diri sendiri.

                                      Mengarahkan diri sendiri yang menangani pengenalan akan kerumitan sesuatu tugas serta menaksir atau mempengirakan. waktu dan upaya yang diperlukan untuk menyelesaikan secara tuntas.

                                      2.5    Memanfatkan perpustakaan .

                                      Keterampilan memanfatkan perpustkaan dengan segala bahan yang ada didalam sangat penting bagi ekspresi lisan dan tulisa perpustakaan adalah gudang ilmu pengetahuan.

                                      2.6    Aneka tujuan.

                                      Tujuan dibagi atas 3 tingkatan, yaitu tingkatan A-C bagi para siswa SD kelas 1-2, DE 3-4, FG 3-6.

                                      Membaca interpetatif

                                      3.1  Maksud pengarang.

                                      Seorang pengarang menulis sesuatu untuk dibaca orang lain sadar atau tidak sadar sang pengarang mempunyai maksud tertentu pada karyanya. Oleh sebab itu perlu kita ketahui terlebih dahulu ragam tulisan. Secara garis besar karya tulis berupa.

                                      (I)                Narasi.

                                      (II)             Deskripsi.

                                      (III)          Persuasi.

                                      (IV)          Eksposisi.

                                      Pengklasifikasikan karya tulis dapat pula dilakukan berdasarkan nada (voice). Ada 6 jenis nada tulisan yaitu:

                                      1. Nada akrab
                                      2. Nada penerangan
                                      3. Nada menjelaskan
                                      4. Nada mendebat
                                      5. Nada kewenangan

                                      3.2    Fakta atau fiksi.

                                      Perbedaan utama antara fiksi dengan non fiksi terletak pada tujuan. Tujuan adalah menciptakan kembali apa yang telah terjadi secara aktual. Cerita non fiksi bersifat aktivitas. Aktualitas adalah apa yang benar-benar terjadi sedangkan realitas adalah apaapa-apa yang dapat terjadi.

                                      3.3    Sifat-sifat tokoh.

                                      Kata ciri sifat yang mengandung pengertian yang mengacu kepada jenis-jenis karakteristik luar yang kongkrit yang mencerminkan kebiasaan tingkah laku sehari-hari yang tidak bersifat reflektif untuk mengenal ciri-ciri pribadi seseorang, maka sebaiknya kita dibekali seperlunya dengan teori-teori kepribadian atau personality theories.

                                      3.4    Reaksi emosional

                                      Kegiatan membaca interpretatif adalah melatih ketrampilan menafsirkan reaksi emosional sesuatu karya tulis. Ada 2 aspek emosional

                                      a)      Reaksi emosional sang pembaca pada makna tipe karya sastra.

                                      b)      Reaksi – reaksi emosional terdapat pada tokoh di dalam karya sastra.

                                       

                                      3.5    Gaya bahasa

                                      Bahasa adalah suatu sarana interaksi sosial fungsi utamanya adalah komunikasi korelasi psikologis sesuatu bahasa adalah kompentensi atau kemampuan melaksanakan interaksi sosial dengan bantuan bahasa. Keunggulan lain dari bahasa adalah untuk menandai tema seseorang tokoh. Keterampilan sang pengarang memanfatkan bahasa untuk menciptakan nada dan suasana yang tepat guna dapat memukau para pembaca.

                                      3.6    Dampak cerita.

                                      Membaca suatu karya sastra maka besar kemungkinan ada suatu nilai yang berkenan di hati kita. Semakin banyak karya sastra yang dibaca , dengan kata lain semakin tinggi apresiasinya sastra kita, maka semakin banyak nilai yang memberi kesan pada kita. Nilai itu semua bukan hanya memberi kesan semata tetapi juga dapat mempengaruhi pandangan hidup kita, kalau pengaruh itu sudah kuat pada diri kita, maka karya-karya sastra tersebut memberikan dampak kehidupan kita.

                                      3.7    Aneka tujuan.

                                      Dengan kegiatan membaca interpretatif, ada beberapa tujuan yang henmdak dicapai. Tujuan itu terbagi atas 3 tingkatan:

                                      • Tujuan tindakan A-C  ( kelas 1-2 SD)
                                      • Tujuan tingkatan D-E ( kelas 3-4 SD)
                                      • Tujuan tingkatan F-G ( kelas 5-6 SD)

                                      Membaca kreatif

                                      4.1. Dramatisasi

                                      Pada tahap ini para siswa dikembangkan dramatisasikan tema-tema dari dalam kaitanya dengan pengalaman. Pengalaman mereka sendiri atau situasi kontemporer. Supaya lebih jelas atau lebih luas dalam hal dramatisasi, maka ada 3 hal penting yaitu:

                                      a)      Prinsip-prinsip kritik drama.

                                      b)      Unsur-unsur drama.

                                      c)      Jenis-jenis drama.

                                      4.2. Interpretasi lisan atau musik.

                                      Latihan menginterprestasikan sepenggal bacaan sastra dengan tepat secara lisan dan musik, harus mengetahui mengenai nada dan tempo.

                                      Dari segi nada musik diklasifikasikan atas:

                                      a)Musik atau lagu minor.

                                      b)      Musik atau lagu mayor.

                                      Di tinjau dari segi tempo, maka pada umumnya lagu atau musik dapat pada klasifikasi atas.

                                      a)      Tempo lambat.

                                      b)      Tempo sedang.

                                      c)      Tempo cepat.

                                      Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam vokal.

                                      a)      Membaca notasi.

                                      b)      Pernafasan dan sikap.

                                      c)      Pemenggalan kalimat dan frase.

                                      d)     Pengucapan.

                                      4.3. Narasi pribadi.

                                      Berdasarkan bentuk fiksi dapat di bagi atas lima golongan, yaitu:

                                      a)      Novel.

                                      b)      Novellete.

                                      c)      Short story.

                                      d)     Short short story.

                                      e)      Vignete.

                                      Kasifikasi tersebut menjadi sederhana lagi yaitu tiga jenis:

                                      a)      Novel.

                                      b)      Novellete.

                                      c)      Short story.

                                      Berdasarkan isinya maka dapatlah kita membagi fiksi menjadi:

                                      a)      Impresionisme.

                                      b)      Romantik.

                                      c)      Realisme.

                                      d)     Realisme sebenarnya.

                                      e)      Naturalisme.

                                      f)       Ekspresionisme.

                                      g)      Simbolisme

                                      4.4. Ekspresilisme.

                                      Betapa eratnya hubungan antara membaca dan menulis, kian banyak bahan bacaan yang kita baca maka kian banyak pula informasi yang kita peroleh,dan kian banyak pula hal yang di sampaikan. Kita eksperesikan kepada orang lain, baik secara lisan maupun secara tulisan, dengan cara banyak membaca maka, daya ekspresi kita baik secara lisan maupun tulisan semakin meningkat.

                                      4.5. Ekspresi Visual

                                      Kegiatan ini bermula pada tahap pertama dengan cara menampakan kegiatan-kegiatan yang memberi kesempatan kepada para siswa untuk menciptakan suatu karya atau produk visual. Dalam tahap ke dua gambar visual yang menghubungkan beberapa aspek bacaan mereka dengan pengalaman pribadi. Dengan latihan yang intensif, maka keterampilan para siswa untuk berekpresi visual dapat kita tingkatkan dalam membaca kreatif.

                                      4.6. Aneka Tujuan

                                      Tujuan membaca kreatif.

                                      a)      Tujuan tingkat A-C ( kelas 1-2 SD).

                                      b)      Tujuan tingkat D-E ( kelas 3-4 SD).

                                      c)      Tujuan tingkat F-G ( kelas 5-6 SD)

                                      ALur dalam “Calon Arang”

                                      Di sini kita akan menganalisis alur dalam cerita “Calon Arang”. Kutipan-kutipan dalam cerita “Calon Arang” yang menunjukkan alur yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                      Unsur-unsur Alur

                                      • Paparan (eksposisi)

                                      Paparan (eksposisi) dalam novel “Calon Arang” salah satunya terdapat pada bab kedua. Kutipan yang menunjukan paparan tempat dan tokoh adalah: “Menurut riwayat adalah sebuah dusun dalam negara Daha. Girah namanya. Penduduk … janda. Calon Arang seorang perempuan setengah tua. Ia mempunyai anak perawan…bukan main cantiknya.”

                                      Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita terjadi di dusun Girah, Negara Daha. Sedangkan tokoh yang diceritakan adalah Calon Arang.

                                      • Rangsangan

                                      Bagian rangsangan pada “Calon Arang” nampak dalam kalimat yang berbunyi: “… Ratna Manggali namanya. Bukan main cantik gadis itu. Sekalipun demikian tak seorang pun pemuda yang datang meminang, karena takut pada ibunya.”

                                      Masalah yang terjadi disebabkan oleh kemarahan Calon Arang karena anaknya tak kunjung dipinang. Oleh karena itu, Calon Arang melakukan teluh pada masyarakat.

                                      • Gawatan

                                      Pada cerita “Calon Arang” unsur gawatan terdapat dalam kutipan: “Calon Arang … . Ia senang menganiaya sesama manusia, membunuh, merampas, dan menyakiti. Calon arang berkuasa.” Dengan kelakuan Calon Arang yang seperti itu, otomatis raja tidak tinggal diam.

                                      • Tikaian

                                      Dalam cerita ini bagian tikaian dapat dilihat pada bagian: “ Hari itu juga ratusan prajurit berbaris di alun-alun. Mereka ini diperintahkan pergi ke dusun Girah untuk menangkap Calon Arang.

                                      Di sini dapat dilihat tikaian antara pihak kerajaan dan Calon Arang. Raja tidak mau rakyatnya terus dibebani oleh kelakuan Calon Arang, sedangkan Calon Arang juga terus berusaha untuk melampiaskan kemarahannya.

                                      • Rumitan

                                      Rumitan dalam “Calon Arang” terdapat pada bagian yang menceritakan bahwa pasukan raja terkalahkan oleh Calon Arang. Hal tersebut nampak pada kalimat: “ Dalam perjalanan pulang Pasukan Bala tentara Raja dielu-elukan lagi oleh penduduk. Dan bila mereka mendengar akan kegagalan perutusan itu, lenyaplah harapan.”

                                      • Klimaks

                                      Bagian klimaks terdapat pada saat amarah Calon Arang terhadap Raja Erlangga memuncak. Calon Arang sangat marah dan ingin sekali membunuh Erlangga. Klimaks dapat dilihat dari kalimat: “Sebentar-bentar ia menyumpah-nyumpah menakutkan. Sang Baginda Erlanggalah yang disumpahi.”

                                      • Krisis

                                      Krisis pada cerita “Calon Arang” terlihat pada bab kedelapan, “Raja Membutuhkan Bantuan Sang Pertapa”. Bagian yang menunjukkan krisis cerita adalah: “ Kami perintahkan sekarang, semua pendeta yang menghadap pergi memuja ke candi, mohon petunjuk dari Dewa Agung guna mendapat obat mujarab untuk memberantas penyakit ini.”

                                      • Leraian

                                      Setelah permasalahan mencapai puncak dan diikuti krisis, kemudian berlanjut pada bagian leraian. Bagian leraian ditunjukkan pada kutipan: “ Sangat giranglah hati Empu Bahula menerima kitab bertuah itu”. Setelah rahasia Calon Arang terbongkar maka Empu Baradah dapat mengalahkan kekuatan jahat Calon Arang.

                                      • Selesaian

                                      Bagian selesaian dari cerita ini nampak pada: “ Sawah dan ladang diolah lagi. Panen yang bagus tidak berkeputusan. Tak seorangpun yang takut akan kelaparan. Demikian keadaan kerajaan Daha setelah Calon Arang mati.”

                                       

                                      Jenis Alur

                                      • Alur maju

                                      Secara keseluruhan cerita “Calon Arang” beralur maju. Peristiwa-peristiwa terjadi secara kronologis. Mulai dari kemarahan Calon Arang karena anaknya tidak lekas dipinang oleh seorang pemuda, sampai Calon Arang melakukan teluh pada masyarakar dan akhirnya Calon Arang terkalahkan dan mati.

                                      • Alur tunggal

                                      `                             Alur tunggal dalan cerita “Calon Arang” dapat dilihat pada bab dua. Bab tersebut hanya menceritakan tentang Calon Arang. Sebagian kutipan yang dapat menunjukkan hal tersebut adalah: “ Calon Arang seorang perempuan setengah tua. … . Calon Arang ini memang buruk kelakuannya. Ia senang menganiaya sesama manusia, membunuh, merampas dan menyakiti. Calon Arang berkuasa. Ia tukang teluh dan punya banyak ilmu ajaib untuk membunuh orang.”

                                      • Alur jamak

                                      Alur jamak dalam cerita ini salah satunya terdapat dalam bab kelima, “Calon Arang Mengusir Pasukan Raja”. Sebagian paragraf yang menunjukkan alur jamak adalah: “Berita tentang meluasnya teluh Calon Arang telah dilaporkan pada Sri Baginda Erlangga. … . Pada suatu hari dipanggilnya semua menteri menghadap. Selain … juga pendeta-pendeta dan para johan pahlawan … Daha.

                                      • Alur tertutup

                                      “ Akhirnya Sang Maha Pendeta berkata dengan kepastian: “He, kau, Calon Arang mesti mati!” Waktu itu juga matilah Calon Arang. Kutipan tersebut yang menunjukkan cerita “Calon Arang” menggunakan alur tertutup.

                                      “Calon Arang” dikatakan menggunakan alur tertutup karena ceritanya diakhiri dengan kepastian. Akhirnya Calon Arang mati dan rakyat kembali dalam kehidupan yang makmur dan bahagia.

                                       

                                       

                                      Jenis Alur Drama

                                      A. Pendahuluan

                                      Dalam drama terdapat banyak unsur. Salah satu dari unsur tersebut adalah alur. Alur merupakan jalan cerita atau urut-urutan peristiwa dalam drama. Alur terdiri dari banyak jenis. Berikut ini akan  dikemukakan jenis-jenis drama setelah menelaah beberapa pendapat yang relevan dari sumber pustaka yang terjangkau.

                                      B. Kutipan Pendapat

                                      Jenis alur dapat dikelompokkan dengan menggunakan berbagai kriteria. Berdasarkan  kriteria urutan waktu: (Hariyanto, 2000:39)

                                      • Alur maju

                                        Alur maju disebut juga alur kronologis, alur lurus atau alur progresif. Peristiwa-peristiwa ditampilkan secara kronologis, maju, secara runtut dari awal tahap, tengah hingga akhir.

                                        • Alur mundur

                                          Alur mundur disebut juga alur tak kronologis, sorot balik, regresif, atau flash-back. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dari tahap akhir atau tengah dan baru kemudian tahap awalnya.

                                          Berdasarkan  kriteria jumlah: (Hariyanto, 2000:39)

                                          • Alur tunggal

                                          Dalam alur tunggal biasanya cerita drama hanya menampilkan seorang tokoh protagonis. Cerita hanya mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut.

                                          • Alur jamak

                                          Dalam alur jamak, biasanya cerita drama menampilkan lebih dari satu tokoh protagonis. Perjalanan hidup tiap tokoh ditampilkan.

                                          Berdasarkan kriteria hubungan antarperistiwa:(Hariyanto, 2000:39)

                                          • Alur erat

                                            Alur erat disebut juga alur ketat atau padat. Dalam drama yang beralur cepat, susul menyusul, setiap bagian terasa penting dan menentukan.

                                            • Alur longgar

                                              Alur longgar berbanding terbalik dengan alur ketat. Hubungan antarperistiwanya longgar, tersajikan secara lambat, dan diselingi berbagai peristiwa tambahan. Pembaca atau penonton dapat meninggalkan atau mengabaikan adegan tertentu yang berkepanjangan dengan tanpa kehilangan alur utama cerita.

                                              Berdasarkan kriteria cara pengakhirannya: s(Hariyanto, 2000:39)

                                              • Alur tertutup

                                                Dalam drama yang beralur tertutup, penampilan kisahnya diakhiri dengan kepastian atau secara jelas.

                                                • Alur terbuka

                                                  Dalam drama yang beralur terbuka, penampilan kisahnya diakhiri secara tidak pasti, tidak jelas, serba mungkin. Jadi akhir ceritanya diserahkan kepada imajinasi pembaca atau penonton.

                                                  Dalam Kamus Istilah Sastra, terdapat alur:

                                                  • Alur bawahan

                                                  Alur kedua atau tambahan yang disusupkan disela-sela bagian alur utama sebagai variasi. Alur bawahan merupakan lakuan tersendiri tetapi yang masih ada hubungannya dengan alur utama. Ada kalanya alur bawahan ini dimaksudkan untuk menimbulkan kontras, adakalanya sejalan dengan alur utama. (Sudjiman, 1990: 4)

                                                  • Alur erat (ketat)

                                                  Jalinan peristiwa yang sangat padu di dalam suatu karya sastra, kalau salah satu peristiwa ditiadakan, keutuhan cerita akan terganggu. (Sudjiman, 1990: 4-5)

                                                  • Alur longgar

                                                  Jalinan peristiwa yang tidak padu di dalam karya sastra, meniadakan salah satu peristiwa tidak akan menganggu jalan cerita. (Sudjiman, 1990: 5)

                                                  • Alur menanjak

                                                  Jalinan peristiwa dalam satu karya sastra yang semakin menanjak sifatnya. (Sudjiman, 1990: 5)

                                                  Dalam www.google.com alur atau jalan cerita adalah rangkaian cerita yang disusun secara logis. Alur ini biasanya terbagi atas beberapa unsur, yaitu: perkenalan, pertikaian, perumitan, puncak/klimaks, peleraian, dan akhir cerita. Ada dua jenis alur, yaitu:

                                                  1. Alur longgar, yaitu jika sebagian alur ditinggalkan keutuhan cerita tidak  terganggu.

                                                  2. Alur ketat, yaitu jika sebagian alur ditinggalkan keutuhan cerita menjadi terganggu.

                                                  Alur/plot adalah jalan cerita atau urut-rutan peristiwa dalam drama. Jenis alur:

                                                  • Alur maju

                                                  Tahapan alur maju meliputi: pengenalan masalah, pertikaian, puncak masalah (klimaks), anti klimaks, penyelesaian masalah, cerita selesai.

                                                  • Alur mundur/flashback/regresif

                                                  Pada alur mundur cerita dimulai dari masa lalu, cerita masa sekarang, kemudian cerita masa yang akan datang.

                                                  • Alur campuran

                                                  Alur campuran merupakan alur yang dimulai dari awal/masa sekarang, masa lalu, kembali ke masa sekarang, kemudian masa depan.

                                                  Dalam Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia, bagian-bagian dari alur adalah: perkenalan, pertikaian, perumitan, puncak atau klimaks, peleraian, dan akhir cerita. Ada dua jenis alur, yaitu alur ketat dan alur longgar. Alur ketat adalah jika sebagian alur ditinggalkan, keutuhan cerita menjadi terganggu. Sedangkan alur longgar adalah alur yang jika sebagian alur ditinggalkan, keutuhan cerita tidak terganggu. (Nurdin dan Maryani, 2002:271)

                                                  Dalam tiap skenario terdapat bagian awal, bagian tengah atau disebut juga bagian “yang ruwet”, dan bagian akhir.

                                                  • Bagian awal

                                                  Sebelum masalah pokok diletakkan oleh pengarang sebagai dasar penggarapan, pada menit-menit permulaan pengarang memberikan berbagai informasi penting. Bersama dengan itu ia pun berupaya agar penonton terpukat. Pada bagian awal ini terungkap jawaban dari pertanyaan sekitar dimana peristiwa terjadi, kapan terjadi, siapakah pelaku-pelakunya, bagaimana peristiwa itu terjadi. Hal tersebut disebut dengan eksposisi (exposition), yang berfungsi sebagi pengantar. Selesai eksposisi baru tampil initial incident, yaitu peristiwa penggerak yang akan menuju klimaks dengan melewati berbagai penanjakkan action.

                                                  • Bagian tengah

                                                  Dibagian ini disusun kejadian-kejadian yang bersangkut paut dengan masalah pokok yang telah disodorkan kepada penonton dan membutuhkan jawaban. Perubahan perlu dilakukan jika plot memang menuntut demikian.

                                                  • Bagian akhir

                                                  Pada bagian inilah seluruh pertanyaan satu demi satu terjawab. Di sini tercapai klimaks terbesar. Jika pada bagian-bagian sebelumnya terjadi klimaks juga, hendaknya bagian akhir merupakan klimaks terbesar, setelah melewati berbagai krisis.

                                                  Karya sastra yang lengkap mengandung cerita, pada umumnya mengandung delapan bagian alur. Bagian-bagian tersebut adalah: (Hariyanto, 2000:38-39)

                                                  • Eksposisi

                                                  Eksposisi sering disebut sebagi paparan. Eksposisi adalah bagian karya sastra drama yang berisi keterangan mengenai tokoh serta latar. Biasanya eksposisi terletak pada bagian awal. Dalam tahapan ini pegarang memperkenalkan para tokoh dan memberikan gambaran peristiwa yang akan terjadi.

                                                  • Rangsangan

                                                  Rangsangan adalah tahapan alur ketika muncul kekuatan, kehendak, kemauan, sikap, atau pandangan yang saling bertentangan.

                                                  • Konflik atau tikaian

                                                  Bagian ini merupakan tahapan ketika suasana emosional  memanas karena adanya pertentangan dua atau lebih kekuatan. Konflik dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: manusia dengan alam, manusia dengan sesama, manusia dengan dirinya sendiri (batin), dan manusia dengan penciptanya.

                                                  • Rumitan atau komplikasi

                                                  Komplikasi merupakan tahapan ketika suasana semakin panas karena konflik semakin mendekati puncaknya. Gambaran nasib tokoh semakin jelas meskipun belum sepenuhnya terlukiskan.

                                                  • Klimaks

                                                  Klimaks adalah titik puncak cerita. Bagian ini merupakan tahapan ketika pertentangan yang terjadi mencapai titik optimalnya. Peristiwa dalam tahap ini merupakan pengubah nasib tokoh. Ini merupakan puncak rumitan dan puncak ketegangan penonton.

                                                  • Krisis atau titik balik

                                                  Bagian ini adalah bagian alur yang mengawali leraian. Tahap ini ditandai oleh perubahan alur cerita menuju kesudahannya.

                                                  • Leraian

                                                  Leraian adalah bagian struktur alur sesudah tercapainya klimaks, merupakan peristiwa yang menunjukkan perkembngan lakuan kearah selesaian. Dalam tahap ini kadar pertentangan mereda.

                                                  • Penyelesaian

                                                  Ini merupakan bagian akhir alur drama. Dalam tahap ini biasanya rahasia atau kesalahpahaman yang bertalian dengan alur cerita terjelaskan. Kesimpulan terpecahkannya masalah dihadirkan dalam tahap ini.

                                                  Dalam cerita konvensional, struktur dramatik yang dipergunakan adalah struktur dramatik Aristoteles. Bagian-bagian dari struktur tersebut adalah: (Sumardjo dan Saini, 1986: 142-143)

                                                  • Eksposisi

                                                  Eksposisi adalah bagian awal atau pembukaan dari suatu karya sastra drama. Bagian ini memberikan penjelasan atau keterangan mengenai berbagai hal yang diperlukan untuk dapat memahami peristiwa berikutnya dalam cerita, seperti tokoh cerita, masalah, tempat dan waktu, dan sebagainya.

                                                  • Komplikasi

                                                  Bagian ini sering disebut juga penggawatan. Komplikasi merupakan lanjutan dari eksposisi dan peningkatan daripadanya. Dalam bagian ini salah seorang tokoh cerita mulai mengambil prakarsa untuk mencapai tujuan tertentu. Akan tetapi hasil dari prakarsa itu tidak pasti sehingga timbullah kegawatan.

                                                  • Klimaks

                                                  Komplikasi kemudian disusul klimaks. Dalam bagian ini pihak-pihak yang berlawanan, berhadapan untuk melakukan perhitungan terakhir yang menentukan nasib tokoh dalam cerita.

                                                  • Resolusi

                                                  Dalam resolusi semua masalah yang ditimbulkan oleh prakarsa tokoh terpecahkan.

                                                  • Konklusi

                                                  Dalam bagian ini nasib tokoh cerita sudah pasti. Konklusi merupakan akhir cerita.

                                                  C. Pembahasan

                                                  Dari berbagai pendapat tersebut dapatlah dikemukakan bahwa ada bermacam-macam jenis alur. Pembagian alur tersebut didasarkan pada berbagai aspek. Berdasarkan  kriteria urutan waktu, dikenal adanya alur maju dan alur mundur. Namun adapula yang menambahnya dengan alur campuran, yaitu perpaduan antara alur maju dan alur mundur. Berdasarkan  kriteria jumlah, dibedakan menjadi alur tunggal dan alur jamak. Berdasarkan kriteria hubungan antarperistiwa,  terdapat alur erat dan alur longgar. Sedangkan berdasarkan kriteria cara pengakhirannya, dikenal adanya alur tertutup dan alur terbuka. Akan tetapi dalam Kamus Istilah Sastra terdapat juga alur bawahan dan alur menanjak.

                                                  Dalam sebuah alur terdiri dari beberapa bagian, yaitu bagian awal, tengah, dan akhir. Di dalam bagian-bagian tersebut terdiri atas eksposisi, rangsangan, konflik atau tikaian, rumitan atau komplikasi, klimaks, krisis atau titik balik, leraian, penyelesaian. Pada dasarnya alur terdiri atas bagian-bagian tersebut, namun ada yang sering menyebutnya dengan istilah-istilah lain.

                                                  D. Kesimpulan

                                                  Macam-macam jenis alur dibedakan berdasarkan beberapa aspek. Mulai dari  berdasarkan  kriteria urutan waktu, jumlah, hubungan antarperistiwa, sampai cara pengakhiran. Jenis-jenis alur tersebut adalah alur maju, alur mundur,  alur campuran, alur tunggal, alur jamak, alur erat, alur longgar, alur tertutup, alur terbuka, alur bawahan, dan alur menanjak.  Dalam alur terdapat tiga bagian, yaitu: bagian awal, tengah, dan akhir. Bagian-bagian tersebut terdiri atas eksposisi, rangsangan, konflik atau tikaian, rumitan atau komplikasi, klimaks, krisis atau titik balik, leraian, dan penyelesaian.

                                                  E. Penutup

                                                  Dengan demikian telah kita ketahui beberapa macam dari alur dan juga bagian-bagian dari alur. Semoga risalah ini bermanfaat untuk membantu kita memahami jenis-jenis alur, struktur alur, dan membantu dalam perkuliahan Pengkajian dan Apresiasi Drama.

                                                  DAFTAR PUSTAKA

                                                  Hariyanto, P. 2000. Pengantar Belajar Drama. Yogyakarta: PBSID Universitas Sanata Dharma.

                                                  Nurdin, Ade dan Maryani, Yani. 2002. Intisari Bahasa dan sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

                                                  Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia.

                                                  Sumardjo, Jacob dan K.M. Saini. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

                                                  www.google.com

                                                  BONEKA SANG PENGUASA => Oleh: Marcellina Elfiana

                                                  I. ASPEK TEKS DRAMA

                                                  1. Jenis Drama

                                                  • Bentuk dramatis

                                                  Menurut bentuk dramatisnya, drama “Boneka Sang Penguasa” termasuk ke dalam melodrama. Melodrama adalah drama yang mengupas suka duka kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa haru pada penonton, namun tidak sedalam tragedi, tidak sampai menimbulkan katarsis (Hariyanto, 2000:9).

                                                  Drama ini termasuk melodrama karena mengisahkan tentang cerita kehidupan yang berhubungan dengan kekuasaan. Kekuasaan yang selalu memihak pada kaum atasan.

                                                  • Ragam bahasa cakapan

                                                   

                                                  Berdasarkan pada ragam bahasanya, drama dapat dibagi menjadi dua. Ada drama berbahasa Indonesia ragam umum dan ragam dialek (Hariyanto, 2000:9).

                                                  Dalam drama “Boneka Sang Penguasa” sebagian besar menggunakan bahasa Indonesia ragam umum. Akan tetapi, dalam drama tersebut juga sedikit mengunakan ragam dialek, yaitu dengan menggunakan kata sapaan “Pakne”. Kata sapaan tersebut merupakan ragam dialek jawa.

                                                  • Bentuk sastra cakapan

                                                   

                                                  Berdasarkan bentuk sastra cakapannya, drama dapat berupa drama prosa dan drama puisi/liris (Hariyanto, 2000:9). Drama ini termasuk ke dalam drama prosa karena cakapannya brbentuk prosa, bukan puisi.

                                                  • Kuantitas cakapan

                                                   

                                                  Dari segi kuantitas cakapannya, terdapat drama kata, drama mini kata, dan drama pantomim. Drama “Boneka Sang Penguasa” termasuk drama kata. Drama kata merupakan drama yang menggunakan banyak kata (Hariyanto, 2000:10).

                                                  • Jumlah pelaku

                                                   

                                                  Dari aspek jumlah pelaku, dikenal adanya drama dialog dan drama monolog (monodrama). Drama dialog adalah drama yang paling lazim dan umum dipertunjukkan (Hariyanto, 2000:10).

                                                  “Boneka Sang Penguasa” termasuk drama dialog. Dalam drama ini terdapat 6 tokoh, yaitu Pak Sarmen, Mbok Sarmen, Maha kuasa, Bu Dukuh, Daliman, dan Upik. Dalam drama tersebut, tokoh-tokoh yang ada saling berdialog.

                                                  • Media pementasan

                                                   

                                                  Menurut P. Hariyanto (2000:10), berdasarkan media pementasannya dapat ditemukan 3 jenis drama. Ada drama radio (rekaman radio), drama televisi (rekaman video, sinetron, film), dan drama pentas (panggung).

                                                  “Boneka Sang Penguasa” dirancang untuk drama pentas, karena dalam bagian akhir terdapat keterangan pementasan yang menyuruh seluruh pemain untuk maju berjajar dan meneriakkan suatu kalimat. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa drama ini termasuk drama pentas.

                                                  • Tujuan penggunaan

                                                   

                                                  Berdasarkan tujuan penggunaannya, drama tersebut ditujukan untuk dipentaskan. Jika dipentaskan drama tersebut terkesan akan lebih hidup dibandingkan dengan hanya dibaca. Dengan pementasan maka penikmat drama akan lebih mudah menangkap maksud dari drama tersebut.

                                                  1. Penonjolan unsur seni

                                                  Dari segi penonjolan unsur seninya, dikenal adanya jenis drama tablo, opera, dan sendratari atau drama tari (Hariyanto, 2000:10). Dalam drama ini tidak menonjolkan unsur seni apapun, hanya merupakan drama biasa.

                                                  • Proses penciptaan

                                                   

                                                  Berdasarkan proses penciptaanya terdapat drama asli dan drama terjemahan. Drama asli adalah drama karangan si pengarang sendiri, sedangkan drama terjemahan merupakan drama salinan dari bahasa lain adan pengarang lain (Hariyanto, 2000:10).

                                                  “Boneka Sang Penguasa” termasuk drama asli. Drama ini asli karangan Marcellina Elfiana yang dipublikasikan dalam Jangkrik dalam Kotak.

                                                  • Kuantitas waktu pementasan

                                                   

                                                  Dari segi kuantitas waktu pementasannya dikenal drama pendek dan drama panjang. Drama pendek biasanya terdiri dari satu babak saja, sehingga sering disebut drama sebabak (one act play). Drama jenis ini menuntut pemusatan pada satu tema, jumlah kecil pemeran, dan peringkasan dalam gaya, latar, dan pengaluran (Hariyanto, 2000:10).

                                                  Boneka Sang Penguasa termasuk drama pendek karena hanya terdiri atas satu babak. Drama ini terpusat pada satu tema, yaitu tentang kekuasaan. Adegan dalam drama terjadi pada petang hari di kamar tamu.

                                                  2. Tokoh

                                                  Dalam sebuah drama pastilah ada tokoh. Tokoh adalah pelaku atau aktor dalam sebuah cerita. Tokoh merupakan pelaku dalam deretan peristiwa, ruang dan waktu atau suasana (Hartoko dan Rahmanto, 1986:144).

                                                  • Peranan

                                                   

                                                  Dilihat dari peranannya, dalam drama terdapat tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah pelaku yang diutamakan dalam suatu drama. Tokoh tersebut paling banyak muncul atau mungkin paling banyak dibicarakan (Hariyanto, 2000:35). Dalam Boneka Sang Penguasa. Tokoh utamanya adalah Pak Saarmen. Dalam drama tersebut Pak Sarmen adalah tokoh yang paling disoroti, yaitu bagaimana ia menghadapi suatu masalah tentang penggusuran.

                                                  Tokoh tambahan adalah pelaku yang kemunculannya dalam drama lebih sedikit, tidak begitu dipentingkan kehadirannya (Hariyanto, 2000:35). Dalam Boneka Sang Penguasa, yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Upik. Dia hanya muncul sebentar dan tidak dibicarakan dalam drama tersebut.

                                                  • Fungsi

                                                   

                                                  Berdasarkan fungsi penampilannya terdapat tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis. Protagonis adalah tokoh yang diharapkan berfungsi menarik simpati dan empati pembicara atau penonton. Ia adalah tokoh dalam drama yang memegang pimpinan, tokoh sentral (Hariyanto, 2000: 35). Dalam Boneka Sang Penguasa, tokoh sentralnya adalah Pak Sarmen. Pak Sarmenlah yang paling erat berubungan dengan konflik yang ada.

                                                  Antagonis adalah pelaku dalam drama yang berfungsi sebagai penentang utama dari tokoh protagonis. Antagonis disebut juga tokoh lawan (Hariyanto, 2000:35). Yang berperan sebagai tokoh antagonis dalam Boneka Sang Penguasa adalah Maha Kuasa. Dalam drama tersebut Maha Kuasa bertentangan dengan Pak Sarmen.

                                                  • Pengungkapan watak

                                                   

                                                  Berdasarkan pengungkapan wataknya terdapat tokoh bulat (kompleks) dan tokoh datar (pipih, sederhana). Tokoh bulat adalah pelaku dalam sastra drama yang diberikan segi-segi wataknya sehingga dapat dibedakan dari tokoh-tokoh lainnya (Hariyanto, 2000:35). Yang termasuk sebagai tokoh bulat dalam Boneka Sang Penguasa adalah Pak Sarmen. Dalam drama tersebut nampak bahwa pak Sarmen berwatak penyayang keluarga, pekerja keras, memperjuangkan hak, namun juga bertemperamen tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari dialognya.

                                                  Tokoh datar adalah pelaku dalam sastra drama yang tidak diungkapkan wataknya secara lengkap. Yang dikatakan atau dilakukan oleh tokoh datar biasanya tidak menimbulkan kejutan pada pembaca atau penonton (Hariyanto, 2000:35). Dalam Boneka Sang Penguasa, tokoh datarnya adalah

                                                  • Pengembangan watak

                                                   

                                                  Berdasarkan pengembangan wataknya terdapat tokoh statis dan berkembang. Tokoh statsis adalah pelaku dalam sastra drama yang dalam keseluruhan drama tersebut sedikit sekali atau bahkan sama sekali tidak berubah (Hariyanto, 2000:35). Dalam Boneka Sang Penguasa tokoh statisnya adalah Upik dan Mbok Sarmen, Bu Dukuh. Dari awal sampai akhir tidak ada perubahan watak yang menonjol pada mereka.

                                                  Tokoh berkembang adalah pelaku dalam drama yang dalam keseluruhan drama mengalami perubahan atau perkembangan. Tokoh berkembang dalam Boneka Sang Penguasa adalah Pak Sarmen, Daliman, dan Maha Kuasa. Pada awalnya Pak Sarmen nampak sebagai seorang yang sabar, namun menuju akhir cerita wataknya berubah menjadi semakin keras.

                                                  Daliman pada tengah cerita berubah mengamini perintah Maha Kuasa. Sedangkan Maha Kuasa yang tadinya keras, pada akhirnya semakin berwatak keras dan memaksa bahkan mengancam Pak Sarmen untuk meningglkan tanahnya.

                                                  • Pencermianan kehidupan nyata

                                                   

                                                  Berdasarkan kemungkinan pencerminan manusia dalam kehidupan nyata, terdapat tokoh tipikal dan tokoh netral. Tokoh tipikal adalah tokoh drama yang hanya sedikit ditampilkan individualitasnya dan lebih banyak ditampilkan pekerjaan atau perihal lainnya yang lebih bersifat mewakili.  Tokoh tipikal merupakan pencerminan orang atau sekelompok orang dalam suatu lembaga dunia nyata. Tokoh tipikal dalam Boneka Sang Penguasa adalah Pak Sarmen. Dalam drama ini Pak Sarmen kurang ditonjolkan individualitasnya, namun perwakilannya untuk melawan Maha Kuasa lebih disoroti. Dia melawan Maha Kuasa untuk memperjuangkan haknya.

                                                  Tokoh netral adalah tokoh dalam drama yang bereksistensi demi drama itu sendiri. Ia hadir semata-mata demi drama tersebut dan tidak berpretensi mewakili sesuatu di luarnya. Dalam Boneka Sang Penguasa, tokoh netralnya adalah

                                                  • Kebadanan tokoh

                                                   

                                                  Tokoh dalam sastra drama bukanlah sekedar semacam boneka yang mati. Tokoh tersebut diharapkan berkesan hidup, yaitu memiliki ciri-ciri kebadanan, cirri-ciri kejiwaan, dan ciri-ciri kemasyarakatan (Hariyanto,2000:35).

                                                  Yang dimaksud ciri-ciri kebadanan misalnya usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, dan kondisi wajah. Kebadanan tokoh dalam drama tersebut nampak pada jenis kelamin, umur. Sapaan Pakne menujukkan berjenis kelamin laki-laki, Mbok dan Bu menunjukkan perempuan, dan dari percakapannya dapat disimpulkan bahwa Upik masih muda, dia seorang mahasiswa.

                                                  1. Kejiwaan tokoh

                                                  Yang dimaksud dengan ciri-ciri kejiwaan misalnya mentalitas, moral, temperamen, kecerdasan, dan kepandaian dalam bidang tertentu (Hariyanto, 2000:35). Salah satu kejiwaan tokoh yang sangat nampak adalah Pak Sarmen. Hal itu nampak pada ucapan-ucapannya yang bertemperamen tinggi saat menghadapi sikap Maha Kuasa kepadanya.

                                                  • Kemasyarakatan tokoh

                                                   

                                                  Yang dimaksud ciri-ciri kemasyarakatan misalnya status sosial, pekerjaan atau peranan dalam masyarakat, pendidikan, ideologi, kegemaran, dan kewarganegaraan (Hariyanto, 2000:35). Hal tersebut salah satunya nampak pada diri Pak Sarmen. Pada awal cerita sudah nampak oleh penjelasan yang ada bahwa Pak Sarmen adalah seorang petani.

                                                  3. Alur

                                                  Alur sama dengan plot. Secara komplementer alur berkaiatan dengan cerita (Hartoko dan Rahmanto, 1986:10). Alur drama adalah rangkaian peristiwa dalam karya sastra drama yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas (Hariyanto, 2000:38).

                                                  • Unsur alur

                                                   

                                                  Karya sastra yang lengkap mengandung cerita, pada umumnya mengandung delapan bagian alur sebagai berikut: eksposisi, rangsangan, konflik, rumitan, klimaks, krisis, leraian, dan penyelesaian (Hariyanto, 2000:38). Dalam Boneka Sang Penguasa tidak lengkap memiliki kedelapan unsur tersebut.

                                                  Eksposisi (paparan) adalah bagian karya sastra drama yang berisi keterangan mengenai tokoh serta latar. Dalam drama tersebut eksposisi terdapat pada bagaian awal, yaitu “petang hari setelah Pak Sarmen pulang dari sawah, berbincang dengan istrinya di kamar tamu”. Dari bagian tersebut, penikmat drama dapat mengerti bahwa Pak Sarmen dan Mbok Sarmen sebagai tokoh drama, sedangkan berlatar di sebuah kamar tamu.

                                                  Rangsangan adalah tahapan alur ketika muncul kekuatan, kehendak, kemauan, sikap, pandangan yang saling bertentangan dalam drama. Peristiwa ini sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang merusak keadaan yang semula laras (Hariyanto, 2000: 39).Bagian rangsangan dalam Boneka Sang Penguasa terjadi saat Daliman muncul dan mengabarkan bahwa kampungnya akan digusur. Otomotis hal tersebut menimbulkan konflik.

                                                  Konflik atau tikaian adalah tahapan ketika suasana emosional memanas karena adanya pertentangan dua atau lebih kekuatan (Hariyanto, 2000:39). Konflik pada drama tersebut terjadi saat Pak Sarmen tidak mendengar kabar dari Daliman dan ia tak mau menerima hal tersebut.

                                                  Rumitan atau komplikasi merupakan tahapan ketika suasana semakin panas karena konflik semakin mendekati puncaknya. Dalam Boneka Sang Penguasa bagian tersebut terdapat pada saat kedatangan Bu dukuh dan Maha Kuasa datang ke rumah Pak Sarmen untuk memberitahukan bahwa Maha Kuasa yang akan membeli tanahnya. Menghadapi Maha Kuasa yang sok berkuasa dan bertindak semaunya Pak Sarmen semakin marah.

                                                  Klimaks atau titik puncak cerita merupakan tahapan ketika pertentangan yang terjadi mencapai titik optimalnya. Peristiwa dalam tahapan ini merupakan pengubahan nasib tokoh. Dalam drama tersebut klimaks terjadi saat Maha Kuasa dengan sombongnya membujuk Pak Sarmen untuk pindah dari tanah itu namun Pak Sarmen tetap menolaknya. Bahkan Pak Sarmen semakin kuat ada pendiriannya, sedangkan Daliman mulai luntur dan mau menuruti bujukan Maha Kuasa.

                                                  Penyelesaian merupakan bagian akhir alur drama. Pada tahap ini ketentuan final dari segala pertentangan yang terjadi terungkapkan. Boneka Sang Penguasa berakhir dengan kemenangan Maha Kuasa. Hal tersebut nampak pada bagian akhir yang berbunyi “HAII…MAHA KUASA LAKUKAN APA YANG KAU SUKA. KAMI MEMANG TAK MAMPU MELAWANMU. KAMI ADALAH BONEKAMU…BONEKA SANG PENGUASA…!

                                                  • Jenis konflik

                                                   

                                                  Konflik dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan dirinya sendiri, dan manusia dengan penciptanya. Dalam drama ini hanya terdapat satu jenis konflik, yaitu konflik manusia dengan manusia (Hariyanto, 2000:39). Dalam drama tersebut konflik terjadi antara Maa Kuasa dengan Keluaraga Pak Saremen dan Daliman. Namun konflik yang paling nampak adalah antara Maha Kuasa dengan Pak Sarmen, karena Pak Sarmen merupakan tokoh yang paling menentang dengan kelakuan Maha Kuasa.

                                                  • Jenis selesaian

                                                   

                                                  Jenis selesaian drama ada tiga, yaitu denoumen, katastrofe, dan solusi. Pengakhiran cerita dalam drama ini menggunakan jenis katastrofe, yaitu drama tragedy yang berakhir menyedihkan (Hariyanto, 2000:39). Drama ini berakhir dengan kemenangan Maha Kuasa, dan rakyat kecil yang menderita.

                                                  • Urutan waktu peristiwa

                                                   

                                                  Alur yang digunakan dalam drama ini adalah alur maju (kronologis, lurus, atau progresif). Peristiwa-peristiwa ditampilkan secara kronologis, maju, secara runtut dari tahap awal, tengah, hingga akhir (Hariyanto, 2000:39). Semua peristiwa dalam Boneka Sang penguasa bergerak maju sesuai dengan urutan waktu, tidak ada yang flashback.

                                                  • Jumlah alur

                                                   

                                                  Berdasarkan jumlah alur terdapat alur tunggal dan alur jamak (Hariyanto, 2000:39). Drama Boneka Sang Penguasa menggunakan alur tunggal, sebab dalam drama ini cerita hanya berpusat pada satu tokoh, yaitu Pak Sarmen. Dalam drama ini tidak ada alur lain selain menceritakan Pak Sarmen.

                                                  • Hubungan antarperistiwa

                                                   

                                                  Berdasarkan hubungan antarperistiwa terdapat drama beralur erat dan beralur longgar. Drama Boneka Sang Penguasa termasuk beralur ketat. Drama beralur ketat adalah drama yang beralur cepat, susuk menyusul, dan setiap bagian terasa penting dan menentukan (Hariyanto, 2000:39).

                                                  • Pengakhiran

                                                   

                                                  Berdasarkan kriteria cara  pengakhirannya dapat ditemukan adanya drama beralur tertutup dan beralur terbuka. Dalam drama yang beralur tertutup penampilan kisahnya diakhiri dengan kepastian atau secara jelas (Hariyanto, 2000:39). Boneka Sang Penguasa beralur tertutup karena diakhiri dengan kejelasan, yaitu kemenangan sang Maha Kuasa.

                                                  4. Latar

                                                  Latar juga disebut setting atau landasan tumpu. Istilah ini mengacu pada makna tentang segala keteragan mengenai waktu, ruang, serta suasana (Hariyanto, 2000:42).

                                                  • Latar tempat

                                                   

                                                  Latar tempat termasuk ke dalam latar fisik. Latar tempat adalah keadaan mengenai tempat tertentu (nama kota, desa, jalan, dan sebagainya). Dalam drama Boneka Sang Penguasa latar tempat terjadi hanya pada satu tempat, yaitu kamar tamu rumah Pak Sarmen. Dalam drama tersebut, semua peristiwa terjadi di ruang tamu.

                                                  • Latar waktu

                                                   

                                                  Latar waktu juga termasuk dalam latar fisik. Latar waktu berhubungan dengan tanggal, jam, tahun, siang, maam, dan sebagainya. Latar waktu dalam drama tersebut terjadi pada petang hari.

                                                  • Latar spiritual/sosial

                                                   

                                                  Latar spiritual adalah segala keterangan atau keadaan mengenai tata cara, adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai yang melingkupi dan dimiliki oleh latar fisik. Dalam drama tersebut latar spiritualnya adalah kebiasaan orang jawa menggunakan jarik sebagai baju bawahan. Dalam drama tersbut yang menggunakan jarik adalah Mbok Sarmen.

                                                  • Anakronisme

                                                   

                                                  Anakronisme maknanya mengarah pada penempatan tokoh, peristiwa, cakapan, kostum, dan sebagainya yang tidak sesuai berdasrkan waktu dalam drama (Hariyanto, 2000:42). Dalam Boneka Sang penguasa tidak terdapat anakronisme. Semua tokoh, peristiwa, cakapan sudah sesuai berdasarkan waktu dalam drama.

                                                  5. Tema

                                                  Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasai suatu karya sastra, dalam hal ini drama. Tema merupakan sutu gagasan sentral dalam drama (Hariyanto, 2000:43).

                                                  • Premis

                                                   

                                                  Menurut premisnya terdapat tema pokok dan tambahan. Tema pokok sering disebut tema mayor, yaitu mana pokok cerita drama yang menjadi dasar atau gagasan umum karya sastra karya tersebut bukan hanya terdapat pada bagian tertentu saja (Hariyanto, 2000:43). Drama ini termasuk bertema mayor, karena bukan hanya bagian tertentu saja yang mndukung tercerminnya tema. Setiap bagian mencerminkan tentang kekuasaan, yaitu kabar penggusuran, kesewenang-wenangan Maha Kuasa, dan sebagainya.

                                                  • Tingkatan tema/premis

                                                   

                                                  Tema tingkat fisik mengarah pada keadaan manusia dalam tingkatan kejiwaan molekul. Tema tingkat organik mengarah pada tingkat kejiwaan protolasma, masalah seksualita ditekankan. Tema tingkat sosial mengarah pada keadaan manusia dalam tingkatan kejiwaan makhluk social. Tema tingkat individu mengarah pada keadaan manusia dalam tingkat kejiwaan makhluk individu. Tema tingkat divine mengarah pada keadaan dalam tingkatan kejiwaan makhluk tingkat tinggi (Hariyanto, 2000:43).

                                                  Drama ini tidak menggunakan tema tingkatan organik dan divine, karena dalam drama ini tidak menyangkut tentang seksualitas dan hubungan manusia dengan Tuhan.

                                                  • Ketradisian tema

                                                   

                                                  Tema tradisional adalah pikiran utama yang itu-itu juga yang telah lama digunakan dalam karya sastra biasanya berkaitan dengan masalah kebenaran dan kejahatan. Tema nontradisional adalah ide utama yang tidak lazim dan bersifat melawan arus (Hariyanto, 2000:43).

                                                  Dalam drama tersebut memang mengangkat tema yang biasa, yaitu tentang perlawanan rakyat kecil terhadap penguasa. Namun dalam drama tersebut tokoh utama tidak memperoleh kemenangan pada akhir cerita. Oleh sebab itu, cerita dari drama ini bisa disebut juga kurang lazim karena biasanya kebenaran itu menang, namun kali ini tidak.

                                                  • Tema pokok/mayor/keseluruhan

                                                   

                                                  Tema pokok sering disebut tema mayor, yaitu mana pokok cerita drama yang menjadi dasar atau gagasan umum karya sastra karya tersebut bukan hanya terdapat pada bagian tertentu saja. Tema pokok dari drama ini adalah tentang kekuasaan.

                                                  • Tema tambahan/minor/bagiannya

                                                   

                                                  Tema tambahan sering disebut juga tema minor atau bagian. Makna ini hanya terdapat pada bagian tertentu saja dalam sebuah drama. Secara tersirat dalam drama ini juga terdapat tema tambahan tentang pendidikan, yaitu digambarkan Upik sebagai seorang mahasiswa.

                                                  6. Teknik Penceritaan

                                                  • Sudut pandang penceritaan

                                                  Dalam Boneka Sang Penguasa menggunakan sudut pandang orang ketiga. Dalam drama ini narrator menceritakan tentang pelaku-pelaku yang ada dalam cerita drama.

                                                  • Teknik pengungkapan

                                                   

                                                  Teknik pengungkapan yang digunakan dalam drama tersebut adalah

                                                  • Bentuk pengungkapan

                                                   

                                                  Bentuk pengungkapan drama tersebut adalah

                                                  • Ketidaktepatan penggunaan teknik penceritaan/penulisan

                                                   

                                                  Dalam drama tersebut tidak ditemukan ketidaktepatan penggunaan teknik penceritaan. Teknik penceritaan yang digunakan sudah tepat.

                                                  • Keistimewaan teknik penceritaan/penulisan

                                                   

                                                  Dalam drama ini tidak ada keistimewaan teknik penceritaan. Teknik yang digunakan sangat wajar, seperti drama-drama yang lain.

                                                  7. Bahasa

                                                  • Judul

                                                  Judul yang dipakai dalam karya sastra biasanya menggambarkan isi tentang karya tersebut. Dalam drama tersebuat judul sudah sangat tepat dan sesuai dengan isi dan amanat yang ingin disanpaikan.

                                                  • Bahasa bagian keterangan pementasan

                                                   

                                                  Dalam naskah drama sering terdapat bagian keterangan pementasan. Bagian tersebut difungsikan untuk mempermudah pelaku maupun penikmat drama untuk memahami jalan ceritanya. Namun hal tersebut juga harus diimbangii dengan bahasa yang jelas dan komunikatif.

                                                  Bahasa bagian keterangan pementasan yang digunakan dalam Boneka Sang Penguasa sudah baik. Bagian tersebut membantu penikmat untuk mengikuti cerita yang disajikan.

                                                  • Bahasa cakapan

                                                   

                                                  Bahasa cakapan yang digunakan dalam Boneka Sang penguasa cukup jelas dan dapat dimengerti oleh penikmat drama. Walaupun menggunakan sedikit ragam dialek, namun hal itu tidak cukup menganggu karena ragam dialek yang diunakan sangat sedikit, hanya Pakne, Mbok, dan to.

                                                  • Ketidaktepatan penggunaan bahasa

                                                   

                                                  Dalam Boneka Sang Penguasa saya tidak menemui ketidaktepatan dalam penggunaan bahasa. Semua bahasa yang digunakan sudah tepat.

                                                  • Keistimewaan penggunaan bahasa

                                                   

                                                  Keistimewaan penggunaan bahasa juga tidak ditemukan dalam drama isi. Bahasa yang digunakan sangat wajar.

                                                  II. HUBUNGAN KEENAM UNSUR INTRINSIK

                                                  1. Unsur yang kurang tergarap

                                                  Semua unsur yang ada dalam drama ini sudah tergarap secara harmonis. Namun menurut saya konflik yang ada kurang dipertajam, sehingga cerita yang ada terkesan terlalu singkat. Akan lebih baik jika konflik yang sudah ada lebih diolah agar ceritanya lebih detail. Pada bagian tengah menuju akhir ceritanya terkesan terlalu dipercepat. Setelah Maha Kuasa meninggalkan rumah Pak Sarmen, cerita tak lama kemudian langsung berakhir dengan kemenangan penguasa.

                                                  2. Unsur yang tergarap secara menonjol

                                                  Unsur yang ada dalam drama tidak ada yang tergarap secara menonjol, semua tergarap secara merata dan minimalis.

                                                  3. Keharmonisan unsur

                                                  Semua unsur yang ada dalam drama berhubungan secara harmonis. Unsur-unsur yang ada berjalan secara bersama-sama mendukung jalannya cerita.

                                                  4. Pengganggu keterpaduan dan keharmonisan hubungan unsur-unsur sebagai suatu kesatuan

                                                  Dalam Bonela Sang Penguasa tidak ada pengganggu keterpaduan dan keharonisan  huungan unsur sebagai suatu kesatuan.

                                                  5. Aspek keberagaman dalam keseluruhan unsur

                                                  Keberagaman unsurnya sudah baik. Sudah memenuhi syarat drama utuk adanya tema, tokoh, alur, latar, watak, dan  bahasa.

                                                  III. KESIMPULAN DAN TANGGAPAN

                                                  Drama Boneka Sang Penguasa merupakan melodrama yang bertemakan kekuasaan. Dalam drama ini dikisahkan tentang Maha Kuasa yang menggunakan kekuasaan dengan sewenang-wenang untuk menindas rakyat kecil. Walaupun Pak Sarmen seorang rakyat kecil telah melawannya, namun akhirnya yang berkuasalah yang menang.

                                                  Drama tersebut sangat baik, mengangkat sebuah cerita hidup yang sering terjadi juga pada saat ini. Drama ini bisa disebut juga segabai sindiran untuk para penguasa yang sering menyalahgunakan kekuasaannya untuk menindas rakyat kecil. Amanat yang ingin disampaikan melalui drama tersebut juga sudah dapat tersampaikan dengan jelas. Namun alangkah lebih baiknya jika usaha Pak Sarmen untuk melawan kehendah Maha Kuasa lebih ditonjolkan. Dengan begitu maka perjuangan rakyat kecil untuk mendapatkan haknya bisa lebih tercerminkan dalam drama tersebut. Dengan ditonjolkannya perjuangan rakyat kecil tersebut, maka akan menambah nilai dramatisasinya pula.

                                                  DAFTAR PUSTAKA

                                                  Adji, Peni S. E, 1998. Jangkrik dalam Kotak. Yogyakarta: PBSID Universitas       Sanata Dharma.

                                                  Hariyanto, P. 2000. Pengantar Belajar Drama. Yogyakarta: PBSID Universitas Sanata Dharma

                                                  Hartoko, Dick dan Rahmanto, B. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

                                                  Pengertian Drama

                                                  Pendahuluan

                                                  Banyak orang membicarakan drama, bahkan sebagian dari mereka mengaku pernah memerankan sebuah tokoh dalam drama. Tetapi belum tentu mereka benar- benar mengerti apakah sebenarnya drama tersebut. Berikut ini penulis akan mengemukakan jawaban atas pertanyaan tersebut setelah menelaah beberapa pendapat yang relevan dari sumber pustaka yang terjangkau.

                                                  Beberapa Pendapat

                                                  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005:275), drama adalah 1) komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan; 2) cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Dengan pementasan diharapkan penonton lebih mudah dalam memahami suatu peristiwa kehidupan, watak dan lainnya.

                                                  Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1982:275), drama adalah 1) cerita sandiwara yang mengharukan; lakon sedih; 2) seni-seni mengenai sandiwara (cara menjalankan dan menulis lakon). Dalam drama kita dapat mempelajari segala sesustu tentang sandiwara, mulai dari menulis lakon sampai menjalankan lakon.

                                                  Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Sri Sukesi Adiwimarta, 1983:521), drama merupakan 1) cerita (sandiwara, film) yang mengharukan; 2) lakon (komedi, tragedi dan sebagainya) yang dipentaskan; sandiwara. Drama terbagi atas drama tragedi, komedi, dan tragedi komedi.

                                                  Menurut Kamus Istilah Seni Drama (1985:16), drama adalah jenis sastra berbentuk dialog, yang biasa untuk dipertunjukkan di atas pentas. Akan tetapi drama tidak selalu dipentaskan. Drama bacaan merupakan drama yang hanya dibaca saja, drama ini tidak dipentaskan.

                                                  Menurut Kamus Istilah Sastra (Panuti Sudjiman, 1990:22), drama merupakan karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog; lazimnya dirancang untuk pementasan di panggung. Adanya tikaian dan emosi membuat pementasan drama lebih hidup.Penonton seolah-olah dapat melihat secara langsung kisah tersebut. Dengan demikian, penikmat drama terbantu dalam memahami peristiwa yang dikisahkan.

                                                  Dick Hartoko dan B. Rahmanto (1985:21) berpendapat bahwa drama adalah bentuk sastra berupa dialog yang diperagakan di atas panggung oleh satu atau beberapa dramatis personae. Lain dengan drama bacaan, yang mempertahankan bentuk dialog tetapi tidak dipentaskan, hanya dibaca saja. Drama berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat. Sikap-sikap yang berlawanan (ungkapan nilai moral, watak, kepentingan dan sebagainya) menyebabkan ketegangan. Jalurnya tunggal (kesatuan perbuatan, tempat dan waktu) dan bersifat kausal. Dialog-dialog bersifat pendek. Drama meliputi beberapa jenis cabang, seperti tragedi, komedi dan banyolan. Kata “drama” biasanya diperuntukkan bagi karya pentas yang serius.
                                                  Menurut Ki Hajar Dewantara, pertunjukkan drama disebut juga sandiwara.Kata “sandi” berarti rahasia dan kata “wara” yang berarti pengajaran. Jadi, menurut Ki Hajar Dewantara, drama adalah pengajaran yang dilakukan dengan perlambang (Ki Hajar Dewantara melalui Harymawan, 1988:2-3). Sedangkan Menurut Ferdinand Brunetierre (Ferdinand melalui Harymawan, 1988:2), drama haruslah melahirkan kehendak manusia dengan action.

                                                  Pembahasan

                                                  Dari berbagai pendapat tersebut dapatlah dikemukakan bahwa pengertian drama secara singkat adalah cerita sandiwara atau kisah yang diharapkan dapat menggambarkan tentang kehidupan yang melibatkan konflik atau emosi dan penyelesaian untuk dipertunjukkan di atas pentas. Salah satu pendapat mengemukakan bahwa kisah dalam drama mengharukan. Hal itu disebabkan adanya keterlibatan konflik atau emosi yang menimbulkan perasaan haru terutama ketika kisahnya berakhir menyedihkan.

                                                  Penutup

                                                  Dengan demikian, pertanyaan pada awal tulisan ini telah terjawab. Drama adalah cerita atau kisah mengharukan tentang kehidupan yang melibatkan konflik atau emosi dan penyelesaian untuk dipertunjukkan di atas pentas. Semoga jawaban ini dapat bermanfaat untuk memahami arti drama.

                                                  Daftar Pustaka

                                                  Adiwimarta, Sri Sukesi. 1983. Kamus Bahasa Indonesia I. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

                                                  Depdiknas, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka.

                                                  Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1985. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

                                                  Haryamawan, R.M.A. 1988. Dramaturgi. Bandung: Pustaka Jaya.

                                                  Poerwadarminto, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

                                                  Samin Siregar, Ahmad, dkk. 1985. Kamus Istilah Seni Drama. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
                                                  .